HeadlineKanan-SliderSlider

MERDEKA: BEBAS DARI DAN BEBAS UNTUK

Oleh: Pdt. Dr. Keloso S. Ugak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indoneaia (KBBI), kata “merdeka” bisa diartikan dalam beberapa kemungkinan makna, yaitu: bebas dari, berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari tuntutan, tidak terikat atau tidak tergantung pada, dan leluasa.

Untuk dua makna pertama, bebas dari dan berdiri sendiri, misalnya Indonesia sebagai bangsa, ketika merdeka berarti bebas dari perhambaan atau penjajahan oleh bangsa tertentu, dan berikutnya bangsa Indonesia secara mandiri mengatur dirinya. Tentu saja kebebasan dan kemandirian itu untuk menghantar bangsa Indonesai berubah dari keadaan buruk ketika masih terjajah menuju suatu keadaan yang lebih baik sebagai bangsa mereka. Kata “lebih baik” ini tentu bisa diberi makna yang sangat luas, baik menyangkut hal-hal internal maupun hal-hal eksternal.

Dalam iman Kristen, ada dua ayat, paling tidak, bisa menjadi acuan untuk memaknai kata merdeka. Pertama, Galatia 5:1, “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan”. Kedua, 1 Korintus 9:19, Paulus berkata “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.”

Untuk makna pertama, penekanannya pada unsur “bebas dari”. Kristus telah membebaskan manusia dari kuasa iblis, dari dosa dan kuasa dosa. Manusia dibebaskan dari seluruh akibat dosa, misalnya: terusir dari hapadan Allah menjadi hidup damai bersama Allah, dalam permusuhan dengan sesama manusia menjadi hidup dalam kasih dan damai, terusir dari sorga menjadi memiliki kepastian hidup dalam sorga. Untuk makna kedua, penekanannya pada unsur “bebas untuk”. Seseorang yang sudah “bebas dari” perlu menjadi “bebas untuk”, yakni bebas untuk memiliki hidup yang andil dalam membuat orang lain “bebas dari” hal-hal yang memenjarakannya agar mengalami kemerdekaan dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya.

Kemerdekaan sebagai bangsa maupun sebagai orang percaya, tentu saja bukan hal yang statis, melainkan dinamis. Kemerdekaan itu perlu dipertahankan, karena suatu waktu selalu terbuka kemungkinan terjajah kembali. Pada saat yang sama, hal-hal yang menjajah, baik sebagai bangsa maupun sebagai orang percaya, bisa mewujud dalam berbagai bentuk. Bagi orang percaya, dalam menghayati hidup “bebas dari” adalah perjuangan seumur hidup. Demikian pula untuk menjadi “bebas untuk” merupakan pekerjaan yang perlu dilakukan sepanjang masa.

Selamat merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2022. Dan selamat menghayati hidup beriman sebagai orang yang “bebas dari” dan menjadi “bebas untuk”. Amin

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.