Berita NasionalHeadlineKanan-Slider

Fajar Merekah

189 Tahun Injil di Borneo (Refleksi 2 Kor 5:11-21)

Oleh: Tulus To’u

I. RONGRONGAN KETAKUTAN

Waktu masih bocah, SD, bersama saudara Sepupu, dan Nenek, kami pergi menangkap ikan. Alat yang digunakan, tabing (bhs. Maanyan) semacam jala, dipasang terbuka di dalam sungai, menghadap arus sungai. Perjalanan dari kota, sekitar 1.5 jam naik perahu, mudik ke hulu melawan arus yang kuat.. Sekitar pk 16 sore, sudah tiba di lokasi Selesai memasang peralatan tabing, kami mulai menjaga tabing, dan menunggu ikan masuk. Antara pk 17. 00 – 18.00, di kejauhan kami mendengar kokok ayam beberapa kali. Benak kami mengira, ada ladang orang, di kejauhan, ayam berkokok di sana.

Keanehan muncul, saat malam tiba, kokok ayam mendekat, makin mendekat dan terus semakin mendekat. Lokasi manabing (menangkap ikan bhs Maanyan), dari sungai Barito, masuk sungai kecil sekitar 200 m, di bawah pohon besar sekali, pohon jengah (bhs. Maanyan). Pohon jengah banyak tumbuh di kiri kanan sungai. Bagian hilir lokasi kami, belantara rawa-rawa penuh air, sebab air sungai barito sedang naik (banjir). Aneh dan mustahil ada ayam sekitar itu. Pasti juga tidak ada ladang orang di belantara rawa-rawa.

Ketakutan pelan-pelan mulai terasa. Tiba-tiba kokok ayam berubah, terdengar bunyi ketawa perempuan, mendekat dan semakin mendekat. Suara ketawa perempuan, terus mendekat dan akhirnya suara itu ada di atas kami, di atas pohon jengah. Ketakutan menyeruak kuat. Suara ketawa semakin nyaring. Kami menyimpulkan itu suara hantu Kuntilanak (bhs Maanyan, kungkuniak). Sepupu saya bilang, “Kita harus pulang sekarang. Kalau kita bertahan, rohnya turun menyerang kita, nanti dapat terjadi hal buruk pada kita. Ikan masih bisa kita cari, tetapi nyawa kita, tidak dapat kita cari.” Dalam rongrongan ketakutan, kami dengan cepat dan cekatan membuka peralatan manabing, lalu mengayuh perahu pulang, membawa sedikit ikan, hasil manabing.

Refleksi, 1.Alam roh. Alam, hutan, pohon, air, sungai dan danau, adalah bagian keseharian orang Dayak. Pada lokasi-lokasi tertentu, ada roh-roh yang tinggal di sana. Roh-roh itu sekali waktu dapat mengganggu orang, yang ada/ melewati tempat itu, terutama malam hari. Ad larangan membawa lemang, makanan, telor, daging, dalam perjalanan malam hari, yang lewat hutan, karena akan diganggu oleh roh-roh. Atau di kampung-kampung, ada ritual memberi makan hantu (bhs Maanyan, miwit alah). Atau memberi sesajen (bhs Maanyan, ngami ansak). Hal itu dilakukan untuk menenangkan roh-roh, agar tidak marah.

2.Dalam kegelapan. Ya, orang Dayak, hidup terkungkung dalam rongrongan ketakutan, oleh roh-roh di hutan/ sekitarnya, jin-jin sahabat, keyakinan-keyakinan, dan tradisi-tradisi, serta adat budaya yang mengikatnya. Terbelakang dan tertinggal dalam pendidikan, kesehatan, kemajuan dan kesejahteraan. Hidup bergantung pada alam, kekuatan magis dan ritual-ritual agama yang mahal, serta perilaku judi dan minuman keras, yang menguras ekonomi keluarga. Itulah, pemandangan kesehariannya. Fridolin Ukur, “Mereka diam dalam kegelapan dan naungan maut.” Kala hidup, belum tersentuh dan diterangi Injil Kristus.

II.CAKRAWALA BARU

1.Injil Kristus
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Secara kreatif INJIl : I= Impian dan realita hidup dibangun dalam iman pada Tuhan Yesus Kristus yang hidup. N= Nama-Nya di atas segala nama. Raja-Nya di atas segala raja. Berkuasa di sorga dan di bumi. J= Jalan satu-satu menuju keselamatan dan hidup kekal. I= Integritas diri, menyatunya hati dan pikiran, perkataan dan perbuatan, berlandaskan iman. L= Langit dan cakrawala baru, telah merekah dalam hidup, yang baru telah datang, yang lama telah berlalu.

2.Yang fana, mustahil
Injil, sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan, Allah datang mewujud dalam diri Kristus, sebagai Anak Allah, yang kudus, suci dan tak berdosa. Yang paripurna inilah yang tidak mustahil menanggung dosa manusia. Sebab, yang berdosa, dan fana, mustahil dapat menolong dan menyelamatkan yang berdosa. Satu-satunya cara maha bijak dan penuh kuasa, Allah sendiri pro-aktif bertindak menyelamatkan manusia berdosa.

3.Semata kuasa Ilahi
Injil, sebagai kuasa kasih yang kekal, mampu merengkuh dan meraih bukan hanya satu orang, tetapi semua orang, seluruh orang di dunia, sepanjang segala masa. Darah Kristus, darah paling mahal, darah Putra Allah, darah-Nya mencuci suci bersih semua dan seluruh kekotoran dosa manusia. Kematian-Nya, sekali dan untuk selamanya. Sekali untuk semua orang. Mati untuk semua orang, menanggung dosa semua orang. Dalam Dia, manusia dibenar dan diselamatkan. Semua itu, bukan oleh yang insani, semata kuasa Ilahi.

4.Fajar merekah
Injil, sebagai kekuatan transformasi, perubahan dan pembaharuan dunia, telah mengubah tatanan dan wajah masyarakat. Cakrawala baru telah tiba, fajar baru telah merekah, manusia dalam kegelapan dan naungan maut, menerima cahaya Injil Kristus. Injil-Nya mencerahkan hati, pikiran, mindset, sikap, perilaku dan perbuatan. Cara-cara hidup yang selama ini menjadi rongrongan dan ketakutan. Alam dan keyakinan akan roh-roh, dan radisi-tradisi serta adat budaya yang merusak, memiskinkan, serta menghambat kemajuan dan kesejahateraan.

5.Cakrawala baru
Oleh cahaya Injil, pelan-pelan dan pasti, telah memberi transformasi dan metemorfosa. Cakrawala dan langit baru, fajar baru merekah, yang baru tiba, yang lama telah berlalu. Karena, siapa yang ada dalam Kristus, ia menjadi ciptaan baru. Injil tiba di Borneo, 26 Juni 1835, dimulailah, layanan iman, pendidikan, kesehatan dan keterampilan. Setelah 189 tahun, transformasi hidup, fajar merekah, orang Dayak terdidik, berubah, maju, sehat dan sejahtera.

Mereka percaya diri dan berani tampil. Laki-laki atau perempuan, tampil dalam pelayanan dan kepemimpinan gereja dan masyarakat. Inspirasi Paulus, menggugahnya, “Aku hidup, dan Kristus hidup dalam aku. Bagiku hidup adalah Kristus. Jika aku hidup di dunia ini, hidup dan kerjaku, harus memberi buah. Hidup haruslah berbuah.” Syukur dan mengharukan, Fajar Kristus, telah merekah dalam hidup orang Dayak. Kegelapan berlalu, yang baru tiba.

III.DUTA KRISTUS

1.Iklan dari sorga
Penciptaan awal, manusia dicipta sebagai gambar Allah. Panggilannya untuk memancarkan citra Allah melalui hidupnya. Allah adalah kasih, baik, benar, kudus, lurus, adil, peduli dan empati. Manusia dipanggil merefleksikan hal tersebut melalui hidupnya. Ketika Kristus datang, berkorban, mati tersalib, guna menebus dan membebaskan manusia berdosa. Melalui Kristus, manusia diperdamaikan, sehingga damai dengan Allah. Pendamaian oleh Kristus, membuat manusia dibenarkan, diampuni dan diselamatkan. Inilah berita sorga yang gegap gempita bagi dunia, iklan dari sorga. Dalam Kristus ada keselamatan. Melalui Kristus ada jalan ke sorga. Dalam Kristus manusia jadi ciptaan baru.

2.Di pundak murid
Berita pendamaian ini, tidak berhenti di sini. Murid-murid dipanggil, dididik, diajar, dilatih, diberikan teladan. Kini, tugas itu ditaruh di atas pundak para murid. Kristus mempercayakannya kepada mereka. Mereka adalah utusan-utusan Kristus. Duta-duta untuk menyuarakan berita pendamaian-Nya. Bukan Dia tidak berkuasa mewarta, tetapi secara agung, melibatkan banyak orang untuk ambil bagian. Kepercayaan-Nya, adalah kehormatan dan penghargaan. Tugas-Nya, adalah wahana, tempat, sarana, banyak orang untuk mengabdi, berkarya dan melayani. Sebuah keluhuran dan kemuliaan, bila banyak orang menyediakan diri dalam berkarya bagi Tuhan.

3.Bahagia memberi
Sisi sebelah, diri manusia, adalah memperhatikan diri sendiri. Lebih jauh dan ekstrim, sampai mementingkan diri sendiri. Egoisme, adalah semuanya terpusat pada pemenuhan kepentingan diri sendiri, Bahkan, dapat mengorbankan sesamanya, demi kenikmatan, kesenangan, keuntungan dan kepentingan diri sendiri. Namun, Kristus mengubah paradigma itu. Orang percaya, yang sudah diselamatkan, seperti Zakeus, tidak lagi hidup bagi diri sendiri. Tetapi, hidup untuk sesamanya dan bagi kemuliaan Allah. Lebih bahagia memberi daripada menerima. Lebih dihargai dan dihormati, berbagi dan memberi, daripada mementingkan diri sendiri. Kehormatannya, bertumpu pada kasih dan pengorbanan. Salib, adalah pengorbanan sejati, kehormatan paripurna. Yang bekerja keras, hidup baik, patut dihormati dua kali lipat.

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.