HeadlineKanan-SliderSlider

B U A H (Menyambut Adventus I) Selamat Memasuki Minggu Adventus

Oleh Pbrt. Dr. Tulus To’u, M.Pd

1. Manis berubah asam

Isteri saya senang tanam-menanam sayur dan buahan. Ia beli bibit cangkokan jeruk manis Sunkist. Ditaman di gelangan samping rumah. Karena dirawat dengan penuh perhatian, jetuk tumbuh subur dan hijau. Kami melihat jeruk tumbuh subur, hatiikut riang gembira. Dalam kurun waktu sekitar 3 tahun, jeruk mulai belajar berbunga dan berbuah. Kemudian memang dari bunga lalu menjadi beberapa buah saja, tidak banyak. Buah itu pelan-pelan, hari ke hari, bertambah besar. Puncaknya, buah jeruk dari hijau berubah menjadi kuning, tandanya sudah masak dan dapat dipetik. Kami petik, wow….. memang manis, istimewa, seperti rasa sunkist yang kita beli di pasar atau di toko. Sebiji, kami berikan ke tetangga dekat, berbagi riang gembira.

Beberapa kali jeruk berbuah, buahnya selalu manis. Belakangan, terjadi perubahan. Hujan berkepanjangan, air melimpah di mana-mana. Banjir terjadi. Kompleks tempat kami tinggal, juga terkena banjir. Jalan-jalan penuh air. Gelangan tempat tanam jeruk juga tenggelam. Banjir berlangsung beberapa lama, membuat beberapa sayur-mayur, dan pohon buah menjadi layu dan mati. Jeruk Sunkist tetap bertahan hidup. Hanya, ada keanehan, belakangan buahnya berubah jadi asam, dan seterusnya, menjadi sangat asam. Jeruk sunkist manis, kemudian buahnya kami gunakan untuk membuat sambal atau asam untuk ikan goreng.

Saya berlogika, jeruk sunkist manis, berubah menjadi jeruk sunkist asam, karena air banjir, mengubah struktur tanah gelangan itu menjadi tinggi keasamannya. Air rawa yang ada, memang tinggi keasamannya. Tanah dan air asam itu, berdampak pada akar-akar, pohon, ranting, daun, bunga, dan mengakibatkan buah sunkist yang asam sekali.

2. Subur tidak berbuah

  1. Berbunga, tidak jadi buah. Lain cerita. Kala masih di Bandung. Ingat satu perjalanan naik bus Jakarta-Bandung, via Purwakarta. Keluar tol, masuk jalan biasa daerah Purwakarta. Banyak yang jual buah rambutan Rafi’ah, kulitnya hijau, tetapi manisnya sungguh istimewa. Di Banjarmasin, kami cari bibitnya, dan dapat. Ditanam, tumbuh subur dan hijau. Beberapa tahun kemudian, ia berbunga. Kami sungguh gembira. Tetapi, perlahan, satu persatu bunga itu jatuh, akhirnya habis, tidak menjadi buah. Beberapa kali ia berbunga, dengan penuh harap, menjadi buah. Tetapi, kami tidak gembira. Saya katakan pada isteri, kita tebang saja. Isteri bilang, jangan dulu. Kita coba dulu memberikan pupuk perangsang buah. Namun, ia tetap berbunga, tetapi luruh semuanya, sebelum menjadi buah. Orang Dayak Maanyan, mengatakannya, ”walang.” Belakangan, karena ada banjir agak tinggi lagi, rambutan ini mati, sebelum kami tebang.
  2. Nilai kearifan. Dua cerita di atas, secara ilustratif, dalamnya ada mutiara kehidupan. Hidup ini, bila tidak berbuah, maka ia tanpa arti dan guna. Tidak bermaanfaat bagi orang lain. Ada, sama dengan tidak ada manfaatnya. Dia ada, tetapi tidak berguna untuk sesamanya. Agar hidup ini bermanfaat bagi sesama, maka hidup harus berbuah. Akan tetapi, kalau buah hidupnya berubah, tidak sebagaimana mestinya. Buahnya rusak, cacat, tidak baik, busuk, berulat. Buah demikian juga tidak berguna. Supaya hidup berguna, tidak ada jalan lain, kecuali, hidup harus berbuah. Buahnya, pastikan buah yang baik dan berkualitas. Buah hidup tidak berkualitas, tidak jadi berkat, tidak bermanfaat, rusak dan busuk, dapat terjadi, bila akar-akar kehidupan menyerap, memakan, meminum, menerima, memakai, hal-hal tidak halal, kotor, berbalut lumpur dosa, manipulative, tipu daya, jalan pintas dan roh-roh gelap. Sang Bijak, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.
  3. Buah berkualitas. Inspirasi dari gagasan Stephen Tong. Berbuah adalah:
    1. Tanda kehidupan. Bunga yang layu dan kering mustahil dapat berbunga. Pohon buah yang layu dan mati, mustahil berbunga dan berbuah. Jadi, pohon yang dapat berbuah, adalah tanda bahwa ada kehidupan di sana. Ia masih hidup. Buah, berbuah, adalah tanda adanya kehidupan. Bila, orang mengaku beriman, tetapi buah imannya tidak tampak, maka imannya, adalah iman yang mati. Iman tanpa perbuatan, mati.
    2. Tanda pertumbuhan. Dalam kehidupan selalu ada gerakan pertumbuhan. Pertumbuhan itu dapat kita lihat dalam semua yang hidup. Tumbuhan, hewan dalam beragam tempat, dan manusia. Semuanya diawali dari kecil, bergerak meningkat menjadi besar dan tinggi. Puncak pertumbuhan, berbunga dan berbuah. Manusia, kerap hanya bertumbuh secara jasmani. Mengisi dan memenuhi kebutuhan jasmani. Tetapi ia kurus kering rohaninya. Iman tidak bertumbuh menjadi dewasa iman.
    3. Tanda kematangan. Dalam pertumbuhan, terjadi perubahan dan peningkatan. Peningkatan secara bertahap, seiring proses berjalannya waktu. Ketika peningkatan itu, tiba waktunya, mencapai waktu dan tahapan kematangan. Ia menjadi matang, siap dalam proses puncaknya untuk berbuah. Kematangan, adalah proses menuju berbuah. Demikian juga hidup beriman atau spiritualitas, yang dewasa dan matang, maka buahnya tinggal menunggu waktu. Buah adalah tanda kematangan.
  4. Tanda dari jenis. Buah ternyata bukan hanya tanda adanya kehidupan. Tanda adanya pertumbuhan. Tanda sudah tiba pada tahap kematangan. Buah adalah tanda jenisnya. Benih yang baik, pohon yang baik, akan menghasilkan buah yang baik. Kalau ada buah yang rusak, cacat, tidak semestinya, dan busuk. Dipastikan, ada hal yang tidak benar dalam proses tersebut. Sebab, orang yang baik, mengeluarkan perbendaharaan yang baik dari hatinya yang baik. Apa yang diucapkan meluap dari hatinya. Tetapi, perbendaharaan hati yang jahat, akan mengeluarkan buah-buah yang jahat pula. Hati-hati, waspada, ada kebaikan, membalut kejahatan. Kata-kata manis, membalut niat hati yang busuk.
  5. Tanda kualitas hidup baru. Aku hidup, namun bukan lagi aku yang hidup. Melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan yang baru. Yang baru sudah datang. Yang lama sudah berlalu. Hati pikiran sudah baru dan bersih. Hidupnya menghasilkan buah-buah pertobatan. Bagiku hidup adalah Kristus. Jika aku hidup, aku harus hidup berbuah dan memberi buah. Buah yang berkualitas. Tanpa Kristus, mustahil hidup memberi buah berkualitas.

4. Berbuah banyak

  1. Membagi cinta kasih. ” Salah satu penyakit terbesar adalah ketika kita menjadi tidak berguna bagi orang lain.” ”Menjadi orang yang tidak diinginkan, tidak dikasihi, tidak dipedulikan, dilupakan oleh semua orang, aku rasa itulah kelaparan terbesar, bahkan merupakan kemiskinan yang melebihi seorang yang miskin dan tidak memiliki apapun untuk dimakan.” Maka, seharusnya, perlu, “Love begins at home, and it is not how much we do… but how much love we put in that action.” (Cinta kasih dimulai dari rumah, dan cinta kasih bukanlah seberapa banyak yang kita perbuat, melainkan seberapa besar cinta kasih yang kita berikan dalam perbuatan itu). “Spread love everywhere you go. Let no one ever come to you without leaving happier.” (Bagikan cinta kasih kemana pun Anda pergi. Jangan biarkan seorang pun meninggalkan Anda tanpa merasa lebih berbahagia) (bijak bestari dari Bunda Theresa).
  2. Buah iman dan kasih. Barangsiapa tinggal dalam Kristus, Kristus di dalam dia, ia akan berbuah banyak. Ranting yang tidak melekat padaNya, mustahil berbuah.
    1. Kasih menggerakan persaudaraan. Allah menjadi manusia, melalui Kristus. Ia memanggil agar saling mengasihi. Iman mewujud kasih. Mengasihi sesama ciptaanNya. Sehingga, dunia ini menjadi panggung, tempat kasih persaudaraan, dialami antara sesama ciptaan Allah. Penyakit dan kelaparan terbesar, bila cinta kasih tersisih dari persaudaraan.
    2. Kebenaran dan keadilan. Iman dan kasih memicu kebenaran dan keadilan bergelora dalam hati dan pikiran. Ia memuncak dalam sikap dan perbuatan. Hidup benar dan adil, karena FirmanNya, semuanya adil dan benar. Firman itu cahaya dalam hati dan pikiran anak-anakNya.
    3. Bibir melantun syukur. Bibir orang benar menggembalakan banyak orang. Lidahnya bagaikan api mengobarkan semangat bersyukur. Sebab, berkat dan rejeki melimpah ruah. Hidup diberkati dan menjadi berkat. Diselamatkan untuk membawa kasih. Ditolong untuk menolong. Imannya, meneropong semua limpahan dari sorga. Sehingga, bergema lantunan syukur.
    4. Menerangi sekitar. Hidupnya telah pindah dari alam maut ke dalam hidup. dari dalam gelap ke dalam terang sejati. Sehingga, ia tidak lagi berjalan dalam kuasa kegelapan. Terang Kristus ada di dalamnya, meneranginya. Bahkan, ia jadi lilin dan pelita, menerangi sesamanya.
    5. Kebaikan tanpa sekat. Kebaikan dari sorga melimpah ke dunia dan di dalam dunia. Kristus datang membawanya. Yang sakit disembuhkan. Yang lapar diberi makan. Yang haus diberi minum. Yang berdosa diampuni. Yang terasing dilawat. Yang hilang dicari. Menolong yang perlu pertolongan. Yang belum mengerti dibelajarkan. Yang belum paham diberikan teladan. Kebaikan dan kasih tanpa batas dan sekat. Selanjutnya, hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Selama masih ada kesempatan, berbuat baik kepada semua orang, tanpa batas dan sekat.
    6. Bawa damai sejahtera. Damai sejahtera-Nya, yang diberikanNya, tidak seperti yang diberikan oleh dunia. Damai sejahtera paripurna, yang sesungguhnya dibutuhkan insan dunia. Orang percaya menjadi mulutNya, tanganNya, kakiNya, untuk membawa damai sejahtera-Nya. Agar dinikmati banyak insan dunia.
    7. Menjaga kekudusan. Kristus tersalib, berkorban guna menebus, membebaskan dan menyelamatkan manusia dari belenggu dan perhambaan dosa. Bila Anak Manusia memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka. Kemerdekaan paripurna, maka, salah dan dosa dicuci bersih. Menjadi bersih seperti bulu domba. Hidup demikian, perlu dirawat, dipelihara, dijaga, agar jangan kotor lagi berbalut lumpur dosa. Rawatlah kekudusan pernikahan dan pergaulan, kekudusan diri dalam bekerja dan berusaha, kekudusan lidah mulut bijak bestari, kekudusan kaki arah melangkah, kekudusan tangan berkarya dan terulur memberi.
    8. Berdoa sungguh. Kristus, pagi-pagi berdoa. Doa, Bapa Kami yang ada di sorga. Doa berjerih perih di Getsemani. Terakhir, doa Yang Tersalib, Bapa ampunilah mereka… “Doa adalah kekuatan. Banyak berdoa, banyak kekuatan. Jarang berdoa,jarang ada kekuatan. Sedikit berdoa, sedikit kekuatan. Tidak pernah berdoa, tidak pernah ada kekuatan,” (Rachel Sudarmanto). Berjaga dan berdoa supaya jangan jatuh dalam pencobaan. Tetaplah berdoa. Tekunlah berdoa. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Demikian, paling tidak, 8 buah iman dan kasih, kala melekat pada Pokok Anggur Sejati, Kristus.



Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.