HeadlineKanan-SliderSlider

RAJUT PERSAUDARAAN (Refleksi menyambut tema Natal 2021)

Oleh: Pbrt. Dr. Tulus To’u, M.Pd

1. Sepotong sorga di bumi

  1. Penduduk Indonesia tahun 2021. Menurut hasil Sensus Penduduk Indonesia 2018 = 267.670.543. Pemeluk Islam, 86,7 % (Indonesia, muslim terbanyak di dunia ); Kristen Protestan 7,6 %; Kristen Katolik 3,13 %; Hindu 1,74 %; Buddha 0,77 %; Konghucu 0,03 %; agama lainnya 0,04 %. Pada tahun 2021, ada “On projections of the latest United Nations data…. estimates the July 1, 2021 population at 276,361,783,” (276 juta).
    Penduduk hidup dan mendiami di kepulauan, berjumlah 17.652 (data tahun 2021), seluas 1,91 juta km2 . Memiliki bentang alam mempesona, bagai, ”ratna mutu manikam,” mulai dari Aceh hingga Papua, dari Miangas hingga Rote.
  2. Suku bahasa dan budaya. “Anak-anak harus diberi tahu bagaimana bertoleransi, karena kita ini memiliki 714 suku. Anak-anak juga harus diberi tahu bagaimana berkawan dengan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air, yang memiliki lebih dari 1.001 bahasa daerah yang berbeda-beda,” kata Jokowi (debat pilpres 30 Maret 2019). Oleh karena itu, Indonesia mempunyai “Bhineka Tunggal Ika,” yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua. Makna lainnya, walaupun di Indonesia terdiri banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. “Berbeda, tapi sama: Harmoni dalam keberagaman”
  3. Sepotong sorga di bumi. Nusantara, Indonesia, mengagumkan kekayaan alamnya, flora dan faunanya. Keindahan alamnya, menjadi obyek wisata, panorama cantik jelita, a.l. Bali, Lombok, Raja Ampat, Bunaken, Derawan dan Raja Lima, Danau Toba dan Belitung, Wakatobi, Bromo dan Tangkuban Perahu, dan banyak lagi. Lalu keragaman agama, adat dan budaya, suku, bahasa dan seni. Tiap pulau atau daerah, dengan ciri dan model yang berbeda. Sehingga, Indonesia, Nusantaranya, penuh keberagamannya, warna-warni, penuh pesona, dan cantik jelita. Pujangga besar kita, Hamka, dengan puitisnya menuangkan kekagumannya, “Nusantara, sepotong sorga, ditaruh Allah di atas bumi.” Wow….luar bisa!

2. Merawat kebhinekaan dan persaudaraan

  1. Tantangan kebhinekaan. Studi dilakukan Bagong Suyanto dkk (2019) dari FISIP Univ. Airlangga, menemukan di kalangan pelajar, sikap dan perilaku intoleransi di berbagai sekolah cukup meresahkan. Sekolah tidak hanya jadi tempat untuk belajar menuntut ilmu, tapi juga jadi ruang bagi infiltrasi pengaruh buruk intoleransi. Responden mengaku (67,6 %). tidak pernah melakukan tindakan intoleransi sesama pelajar. Tapi (32,4%) mengaku pernah melakukannya. Lalu (29,2%), mengaku jarang, Dan (3,2%), sering, (DetikNews, 25 Jan 2021). Menteri PAN-RB, Tjahjo Kumolo, mengatakan salah satu tantangan aparatur sipil negara (ASN) saat ini terkait radikalisme dan terorisme. Banyak calon pejabat eselon 1 batal menjabat karena diduga terkait radikalisme dan terorisme (Tempo.Com, 1 Des 21). Apakah benar masih ada kelompok di Indonesia, menebarkan ideologinya? Dudung Abdurachman, KSAD, mengatakan, “Ancaman terorisme di Indonesia memang benar-benar ada dan nyata,” (Wartakotalive.com. 2 Des 2021).
  2. Merawat kebhinekaan. Hal di atas, mau mengatakan, dari 276 juta penduduk Indonesia, ada yang pahamnya terindikasi radikalisme, terorisme dan intoleransi. Paham ini, memimpikan Indonesia hanya satu warna. Padahal sorga itu warna-warni (Hamka). Indonesia, sejak dahulu kala warna-warni, majemuk, plural, dalam agama, adat, budaya, suku, bahasa dan kesenian, serta alam, flora faunanya. Indonesia, yang demikian, diakui sebagai rahmat dan berkat Allah (Pembukaan UUD 45). Sebab itu, keberagaman dan kebhinekaan, yang menyatu dalam bingkai NKRI, satu fakta nyata, tidak dapat ditolak. Karena itu, kebhinekaan, perlu dirawat, dipelihara, dipupuk dan dijaga bersama-sama. Ya, oleh semua anak-anak bangsa, yang cinta NKRI, yang bhineka tunggal ika. Kita, ya semua kita, tentu bangga dan cinta, Indonesia yang warna-warni indah jelita itu. Memang, jiwa anak-anak bangsa, misalnya, aku Dayak, tetapi aku Indonesia. Atau, aku Jawa…. Aku Papua…. tetapi aku Indonesia. …dst. Berbeda, beragam, majemuk, plural, tetapi satu dalam keluarga rumah besar Indonesia, NKRI. “ Perbedaan itu harus dikelola dengan formula yang tepat. Meminjam falsafah Sunda, agar hidup saling tetap harmonis, maka kita harus saling asih, asuh dan asah. Saling mengasihi, saling memperhatikan dan merawat serta saling memperkuat,” (Supriatno). Menegaskan kembali, “Anak-anak harus diberi tahu bagaimana bertoleransi, karena kita ini memiliki 714 suku. Anak-anak juga harus diberi tahu bagaimana berkawan dengan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air, yang memiliki lebih dari 1.001 bahasa daerah yang berbeda-beda,” (Jokowi). Kebhinekaan, kemajemukan dan keberagaman, yang kita warisi, kita mesti rawat bersama.

3. Kita semua bersaudara

  1. Syair lagu: Dalam Yesus Kita Bersaudara:
    1. Dalam Yesus kita bersaudara. Dalam Yesus kita bersaudara. Dalam Yesus kita bersaudara. Sekarang dan selamanya. Dalam Yesus kita bersaudara.
    2. Dalam Yesus saling mencintai. Dalam Yesus saling mencintai. Dalam Yesus saling mencintai. Sekarang dan selamanya. Dalam Yesus saling mencintai.
    3. Dalam Yesus saling memaafkan. Dalam Yesus saling memaafkan. Dalam Yesus saling memaafkan sekarang dan selamanya. Dalam Yesus saling memaafkan.
    4. Dalam Yesus saling mengasihi. Dalam Yesus saling mengasihi. Dalam Yesus saling mengasihi. Sekarang dan selamanya. Dalam Yesus saling mengasihi.
    5. Dalam Yesus saling mendoakan. Dalam Yesus saling mendoakan.. Dalam Yesus saling mendoakan. Sekarang dan selamanya. Dalam Yesus saling mendoakan. Dalam Yesus saling mendoakan.
  2. Pesan lagu ini, sebagai saudara, sebagai sesama manusia, sebagai sesama makhluk ciptaan Allah, bukan saling membenci dan memusuhi. Tetapi, saling mengasihi, mencnitai, mendoakan dan memaafkan. Karena Yesus dan dalam Yesus, semuanya adalah saudara. Bahkan, meskipun saudara-saudara kita, yang memusuhi dan membenci, atau lebih dari itu, tetap seperti teladan Dia yang tersalib, “Ampunilah mereka… berdoalah bagi mereka..” Juga, karena persaudaraan dalam Kristus, ditandai dengan Kasih, ditandai dengan adanya sikap saling mendoakan, diwarnai dengan pengampunan. Persaudaraan tanpa sekat dan batas suku, agama, ras dan golongan. Teman-teman Indonesia timur, punya ungkapan, “Kitong samua basodara.”
  3. Satu rahim nafas hidup. Allah pencipta alam semesta dan segala isinya. Manusia dicipta secara khusus dan istimewa. Dihembuskan-Nya nafas-Nya yang hidup, sehingga manusia menjadi makhluk yang hidup. Berarti, hidup manusia bersumber, bermuara, bergantung dan berasal dari Tuhan Allah. Tidak ada sumber dan muara lain. Hidupnya, mutlak anugerah Allah. Manusia, seraya dicipta sebagai gambar Allah, yang berakal-budi, berhati-rasa, berkehendak-keinginan-kemauan. Bersuku-suku-bangsa, berwarna kulit putih-hitam-sawo matang, berambut lurus-ikal-kerting, bermata lebar-sipit, berbadan tinggi sedang-semampai, berhidung biasa-mancung. Nusantara, Indonesia, miniatur dunia demikian. Mereka semua datang dari satu Allah pencipta. dari satu rahim udara ilahi, nafas hidup Allah, sehingga sejatinya, semua manusia bersaudara, sesama sebagai saudara, satu leluhur Adam-Hawa. Kasih Allah, kekal paripurna, kepada semua ciptaan-Nya, kepada dunia ini, tanpa sekat dan batas. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini. Sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal..” Kasih-Nya begitu besar kepada semua penghuni bumi.
  4. Mental merusak. Teori Evolusi, Charles Robert Darwin, darinya banyak orang, membuat kesimpulan sendiri, bahwa asal mula manusia hasil proses evolusi kera menjadi manusia. Meskipun hal ini banyak dibantah. Pengaruhnya membuat ada orang-orang tidak lagi hidup dalam Tuhan. Pertimbangan hidup, komunikasi dan relasi dengan sesamanya, hanya berdasarkan akal-pikiran, logika-rasio, hati-perasaan, dan tenaga-kekuatan diri sendiri. Keutamaannya adalah keuntungan diri sendiri. Sesuai naluri mempertahankan diri. Kebaikannya, untuk membalut beragam motif. Pikir dan sangkanya, itulah jalan yang baik baginya? Patut diwaspadai, hal yang dapat merusak persaudaraan sebagai anak-anak Allah, sesama ciptaan Allah dan sesama saudara yang dikasihi Allah. Yang dapat merusak itu, a.l,
    1. Mentalitas independen yakni mau bebas, tidak terikat, tidak mau diatur/dipimpin.
    2. Mental Individualistis, yakni hidup berpusat pada diri sendiri, membangun isolasi sosial.
    3. Mental Egois yakni hanya memikirkan kepentingan sendiri, tidak peduli dengan kepentingan dan perasaan org lain.
    4. Mental keangkuhan diri, yakni merasa dirinya paling benar, yang lain salah, paling baik dan tidak butuh orang lain untuk mendukungnya bertumbuh. (John Manopo).
    5. Juga, kesombongan iman. Menganggap dirinya paling benar, paling layak masuk sorga, yang lain paham, masuk neraka.

4. Merajut persaudaraan

  1. Mengamalkan kasih persaudaraan. Pengalaman sehari-hari, ada banyak organisasi, kelompok, perkumpulan, tempat seseorang dapat bergabung. Ada aturan, pedoman, ketentuan, di sana. Ikatan di dalamnya, tentu baik adanya. Akan tetapi, ikatan pengikat dan pemersatu yang kokoh dan paling kuat bagi persaudaraan antar sesama manusia, sesama saudara, tiada lain, kecuali tali ikatan kasih. Tali kasih, pengikat sejati persaudaraan. Tali kasih, dibawa Kristus dari sorga. Tali paripurna, untuk menyatukan dan membersamakan manusia, yang warna-warni itu. Tali kasih, diperlukan untuk merajut persaudaraan. Rajutan tali kasih, akan menyatukan sekuat dan paling kuatnya, ikatan persaudaraan. Jalinan kata-kata penuh kasih, jalinan perbuatan penuh kasih, dan kasih yang diamalkan, serta kasih dalam perbuatan, akan membentuk rajutan kasih persaudaraan, yang indah pesona. Sepotong sorga hadir di Nusantara (Hamka). Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi, seperti di sorga (Doa Bapa Kami). Sorga dihadirkan di bumi, karena ketaatan pada-Nya, dan mengamalkan kasih persaudaraan.
  2. Sesamaku, saudaraku. Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” Implementasi iman dan kasih kepada Allah, mewujud dalam kasih kepada sesamanya. Ajaran kasih-Nya, tidak hanya menjadi kata puitis manis di bibir. Tetapi, mewujud melalui tangan terulur berbagi, memberi dan menolong sesama. “Segala sesuatu yang dilakukan untuk saudara-Ku yang paling hina, kamu telah melakukannya untuk-Ku.” “Yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku dan dialah ibu-Ku,” kata Yesus. Jadi, semua sesamaku, adalah saudaraku. Mereka, a.l. yang hina, kecil dan menderita, yang termarginalisasi, yang bergumul oleh sakit-penyakit dan pandemic C-19. Juga, semua yang lain-lain, adalah sesamaku, sebagai saudara-saudariku. Sebab, kasih Kristus menyatukan dan menggerakkan kasih persaudaraan.
  3. Jalinan kasih. “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. Kita mengasihi, karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita.” Kasih Kristus bergerak, menggerakkan dan memotivasi kasih seseorang terhadap sesamanya. Kasih itu, memicu lahirnya saling mengasihi satu terhadap yang lain. Dikasihi, maka mengasihi. Mengasihi, karena dikasihi. Saling mengasihi satu terhadap yang lain. Terbentuklah jalinan kasih persaudaraan. Jalinan kasih ini bermuara pada kasih paripurna Kristus. Sehingga, jalanan kasih persaudaraan ini tanpa batas dan tanpa sekat suku, agama, ras dan golongan. Sebab kasih-Nya, kasih kepada semua yang di dunia, tanpa sekat dan batas. Karena kasih Kristus, sesamaku, adalah saudaraku.
  4. Kasih dalam perbuatan. “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Ajaran berhikmat dari sorga, kasihilah Tuhan Allah. Kasihilah sesamamu, seperti mengasihi diri sendiri. Ajarlah untuk melakukan dan mempraktikkannya. Bukan hanya untuk mengetahui, lalu melupakannya. Kasih dalam perkataan, akan disempurnakan dan dikuatkan dalam perbuatan. Juga, kasih dalam perbuatan, akan disempurnakan dan dikuatkan oleh perkataan. “Perkataan diteguhkan perbuatan. Perbuatan diteguhkan perkataan. Keduanya saling menopang,” (Malcolm Brownlee).

Karena itu, yang terutama: “ Kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” “Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.” “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” Itulah kekuatan kasih. Maka, Peliharalah kasih persaudaraan.

SELAMAT MENYONGSONG NATAL 2021

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.