HeadlineKanan-SliderSlider

T U N T A S (Menyambut Jumat Agung, 2022)

Oleh Tulus To’u

I. Belenggu Kematian

  1. Misteri “Winchester House.” Keluarga ini sangat kaya. Tetapi, suami Sarah Winchester kemudian meninggal pada tahun 1918. Warisan bagi isterinya sangat banyak,. Sepeninggal suaminya, Sarah sangat berduka. Dalam duka yang amat sangat. Sarah mencari paranormal, untuk menghubungi suaminya yang sudah meninggal. Paranormal berkata kepadanya, “Selama anda tetap terus membangun rumah anda tanpa henti. Maka, anda tidak akan pernah meninggal.” Sarah sangat percaya, yang dikatakan dukunnya. Sarah lalu membeli sebuah rumah rumah di San Jose, California, USA, yang sangat besar dengan terdiri dari 17 kamar, dan belum selesai dibangun. Sarah lalu melanjutkan pembangunan rumah itu sesuai dengan kata-kata dukun. Pembangunan terus berlangsung, sampai akhirnya Sarah meninggal dunia pada usianya 85 tahun. Saat ia meninggal, rumahnya belum juga selesai dibangun. Akan tetapi, yang sudah selesai dikerjakan terdiri dari 150 kamar, 13 kamar mandi, 2000 pintu, 47 tungku perapian, 10.000 jendela. Lalu, masih banyak bahan bangunan yang tersisa. Rumah itu, “Winchester House,” kini telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak orang.
  2. Refleksi. Kematian menyisakan kesedihan. Kematian menyisakan ketakutan. Kematian menyebabkan melakukan yang irasional. Kematian meninggalkan pekerjaan yang belum selesai. Kematian meninggalkan beban utang belum diselesaikan. Kematian, titik terakhir kehidupan. Kematian, musuh yang tidak pernah dapat dikalahkan. Tetapi, iman, memberikan dimensi baru terhadap kematian. Dalam Kristus, mati adalah keuntungan. Ada pengharapan kebangkitan. Hidup, kesempatan berbuah dan memberi buah. Hidup memberi arti dan manfaat bagi sesamanya. Makna hidup yang luhur, ketika mampu berbagi dan memberi. Lebih bahagia memberi dari pada menerima. Kristus, tersalib, paripurna berbagi dan memberi. Menghidupkan dan menyelamatkan sesama. Pengorbanan luhur mulia.

II. Mustahil bersih

  1. Hidup terpisah dari Penciptanya. Dosa bukanlah suatu yang bersifat pasif, seperti: kelemahan, kesalahan, ketidak-sempurnaan. Dosa merupakan permusuhan yang aktif terhadap Tuhan. Secara aktif melanggar hukum atau perintah Tuhan, sehingga menyebabkan kesalahan dan kelemahan. Dosa ini diakibatkan manusia sendiri dengan kebebasannya menolak untuk tunduk kepada Allah yang berotoritas. Menolak mengikuti petunjuk atau perintah-Nya. Dengan kebebasannya, manusia memilih petunjuk Iblis, sehingga manusia tidak setia kepada Tuhan. Menyimpang dari jalan dan sasaran yang benar. Melanggar hukum dan perjanjian dengan Allah. Hal itu dapat dilihat, Adam dan Hawa, dengan kebebasannya secara aktif memilih untuk mengikuti apa yang mereka mau dan cocok dengan pendapat iblis. Melawan Tuhan yang berotoritas, yang seharusnya mereka percayai sepenuhnya. Dosa menyebabkan manusia terpisah dari Allah yang suci. Lanjut terpisah dari sesamanya, dan diri sendiri. Muncul perilaku destruktif terhadap sesamanya. Menyakiti, melukai, merugikan, merusak dan menghancurkan hidup sesamanya.
  2. Beban terberat. “Aku lahir telanjang, tidak membawa apa-apa. Aku matipun, tidak membawa apa-apa juga,” kata Bijak. Ungkapan itu, biasanya memberikan pesan, harta kekayaan, sebaiknya, dimanfaatkan bagi kemaslahatan sesamanya. Hidup yang memberikan manfaat bagi orang lain. Hidup tidak egois, yang hanya mementingkan diri sendiri. Itu hakekat individu sebagai makhluk sosial, berbagi dan memberi. Sebab, harta kekayaan tidak dibawa mati. Sisi lain ungkapan , “Lahir telanjang, tidak membawa apa-apa…” Manusia lahir juga membawa masalah, ”Born to trouble.” “Sejak dari dalam kandungan ibuku, aku dikandung dalam dosa.” Setiap hari memikul beban berat dosa. Seibarat angin, tidak nampak dan tidak kelihatan. Tetapi, ada dan terasa, menindih dan menghimpit batin. Hati, dalam gelisah, kuatir dan takut. Hampa, kosong, gersang dan kering. Hati bahagia, nun jauh di seberang sana. Berjalan terbungkuk, bagaikan keledai beban, tertatih-tatih membawa beban amat berat. ”Dosa, beban panggulan paling berat,” kata Bijak. Dibawa kemana-mana, bahkan sampai ke tempat tidur. Tidurpun ditindihnya. Esok pagi bangun, lanjut memikulnya, semakin berat. Ia beranak-pinak. Karena, dosa belum diselesaikan. Dan siapa, yang memiliki otoritas menyelesaikan dosaku, dosamu?
  3. Mustahil selesai. “Membalas itu insani, mengampuni itu ilahi,” kata Bijak. Itu, fitrah, atau kealamiahan manusia, balas-membalas. Ibarat main “Ping-pong,” pemain sebelah kiri memukul bola, “Ping,” lalu yang sebelah kanan, membalas, “Pong.” Ping-pong, ping-pong, pukul-balas, balas-pukul, dst.. Itu perilaku manusia (Dorothy Irene Marx). Kekerasan dibalas kekerasan. Ibarat besi diadu dengan besi, keluarlah api, api angkara murka, api kemarahan, api emosi, api kebencian, api dendam, api permusuhan. Api dosa, yang menghanguskan dan menghancurkan hidup dirinya dan sesamanya. “Kamu jahat, saya balas jahat, bahkan dapat lebih jahat lagi,” kata seseorang yang sedang marah. Kekerasan mustahil diselesaikan dengan kekerasan? Dosa, dibalas dosa, sudah ada 2 dosa, balas lagi, maka ada 3 dosa, dst, dst, dst. Maka, dosa tidak pernah dan mustahil dapat diselesaikan oleh manusia. Manusia tidak memiliki otoritas, wewenang, kuasa dan kemampuan menyelesaikan dosanya. “Apapun, dan bagaimanapun, upayamu membersihkan diri, noda itu, tetap ada di mata Yang Suci,” kata Bijak. Menyapu lantai dengan sapu kotor, tetaplah kotor. Mengepel lantai dengan kain pel kotor, tetaplah kotor.
  4. Peringatan. Empat hal manusia akan tanggung, bila dosa tidak diselesaikan, Wayne Grudem :
    1. Kematian sebagai hukuman/pelanggaran dosa. (We deserve to die as the penalty for sin.).
    2. Menanggung murka Allah atas dosa. (We deserve to bear God’s Wrath against sin.).
    3. Keterpisahan dari Allah karena keberdosaan manusia. (We are separated from God because our sins.).
    4. Keterikatan dengan dosa dan menjadi budak dari kerajaan iblis. (We are in Bondage to sin and to the kingdom of satan.).

Peringatan itu, memotivasi untuk mengambil langkah konstruktif. Pintu selalu terbuka, bagi yang datang berbalik kepada-Nya.

III. Penyelesaian tuntas

  1. Di atas salib: “Sudah selesai.” “Ketika manusia turun tangan, Allah angkat tangan. Ketika manusia angkat tangan, Allah turun tangan,” kata Bijak. Uraian di atas, menggambarkan manusia turun tangan. Tetapi, pada akhirnya, mustahil, sehingga ia angkat tangan. Pada titik itulah, Allah pro-aktif, bergerak turun tangan, melalui Putra-Nya, Yesus Kristus. Allah menjadi manusia, Kristus berkorban jiwa raga. Mati tersalib, melaksanakan misi pembebasan dan penyelamatan. Penyelamatan itu selesai dan tuntas di atas kayu salib, kata-Nya “Sudah selesai.” Kata “Sudah Selesai” ini ditulis dalam bahasa Yunani “tetelestai”, beberapa orang menulis “teleios”, atau dalam bahasa Ibrani “kaw-lah”. Artinya sudah selesai, sudah sempurna, semuanya sudah sesuai yang direncanakan, semua sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan semuanya sudah diterima. Kristus sudah menyelesaikan semua yang diinginkan dan direncanakan Bapa. Dan Yesus menyelesaikannya dengan sempurna, tanpa kekurangan sesuatu apa pun. “Apabila Anak Manusia, memerdekkakan kamu, kamupun benar-benar merdeka,” kata-Nya. Merdeka paripurna.
  2. Penyelamatan, tuntas di atas salib. LR Hymers,Jr.
    1. Seluruh nubuatan Perjanjian Lama berhubungan dengan kematian-Nya sudah selesai
    2. Seluruh type dan typical nubuatan dalam Perjanjian Lama sudah selesai, berakhir dan menjadi jelas,
    3. Seluruh ketaatan terhadap hukum Allah telah diselesaikan dalam Kristus yang disalibkan,
    4. Seluruh kuasa Setan dan dosa telah selesai bagi umat Allah di kayu Salib,
    5. Seluruh keadilan Allah telah dipuaskan atas nama uamat-Nya, ketika Kristus mati di palang salib.” Kristus, telah dinubuatkan, dan kini nubuat itu sudah tuntas digenapkan-Nya.
  3. Salib, sekali untuk semua dan selamanya. Melalui salib, empat hal dilakukan Yesus, Pertama, Yesus menjadi korban penebusan (Sacrifice) dosa bagi umat manusia. Kedua, Propisiasi (Propitiation) yaitu Yesus menggantikan manusia yang seharusnya menanggung murka Allah dengan cara “memurkai” diriNya sendiri. Ini adalah bukti dari sifat Allah yang kasih juga adil. Ketiga, Rekonsiliasi (Reconciliation), yaitu Yesus menjadi perantara atau “jembatan” relasi agar manusia dapat kembali menyatu dengan Allah. Dan keempat, Penebusan (Redemption), yakni kematian Kristus sebagai tebusan bagi manusia yang menjadi budak dari keterikatannya terhadap dosa. Kematian menjadi cara Allah “membeli” manusia sebagai “budak dosa” menjadi “budak Kristus,”(Wayne Grudem). Itulah empat hal yang menjadi misi Kristus, misi pembebasan, misi penyelamatan. Dan kemenangan yang Ia persembahkan, melalui jalan salib. Semua penghalang disingkirkan tuntas. Damai dengan Allah. Pintu sorga terbuka. Kristus bagi semua dan untuk semua. Sekali untuk selamanya. Tuntas, paripurna, sampai ke kekal.

IV. Makna kata
T = Terlalu berat bagi manusia memikul dan menyelesaikan dosanya. Mustahil.
U = Usaha apapun, seberapapun, tidak pernah cukup untuk menyelesaikan dosa.
N = Namun, Allah turun tangan pro-aktif datang menyelesaikan dosa
T = Tuntas selesai melalui Kristus, di atas salib Kristus: sudah selesai!
A = Anak Allah, Yesus Kristus berkorban jiwa raga, agar manusia selamat.
S = Sungguh besar dan Ajaib, kasih karunia-Nya bagiku, sehingga aku merdeka dari belenggu dan perhambaan dosa.

SELAMAT JUMAT AGUNG
Melalui salib, tuntas akar sengasara manusia.

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.