HeadlineKanan-SliderSlider

PENDETA PROFESIONAL ? (Menyambut terpilihnya Pimpinan MS GKE yang baru, 9 Juli 2021)

Oleh Pbrt. Dr. Tulus To’u, M.Pd

1. Dialog inspiratif

Pada Dies Natalis, STT GKE, Banjarmasin, 1 Juli 2021, Saya mendapat kehormatan menyampaikan Orasi berjudul : Pemimpin Muda Berwibawa Kraetif Melayani Era Digital 4.0. Orasi ini, saya sarikan menjadi: Pemimpin Muda Berwibawa, saya posting di FB 1 Juli 2021. Respon para sahabat FB, cukup istimewa, antusias, konstruktif, kreatif dan ada yang minta ijin untuk dishare ke group mereka.

Namun, 5 Juli 21, seorang sahabat yang berpengalaman menjadi pemimpin di beberapa wilayah pada sebuah lembaga keuangan. Beliau menelpon saya, menyatakan senang dan antusias dengan orasi tersebut. Sekitar satu jam kami berdua berbicara, saya katakan, sebagai dialog inspiratif. Ia berbicara, bahwa seorang pemimpin perlu berintegritas. Tanpa integritas, seorang pemimpin tidak akan dipercaya oleh orang lain. Untuk dapat berintegritas dan dipercaya, maka seorang pemimpin harus professional. Apalagi, kalau pemimpin ini, pemimpin rohani, hamba Tuhan, seorang pendeta, maka ia perlu mengembangkan perilaku berintegritas, dipercaya dan professional. Karena, praktiknya, ada yang kurang professional dalam tugas dan perilakunya.
Judul dan isi tulisan ini, sebagai respon konstruktif atas dialog inspiratif tersebut, dan menyambut terpilihnya pimpinan GKE yang baru. Kiranya tulisan ini menjadi inspirasi bagi karya layanan yang lebih berkualitas.

2. Pendeta sebagai panggilan hidup

Saya ingat ketika test masuk STT Duta Wacana, Yogya, ditanya alasan? Saya jawab, “Ingin belajar teologi. Saya senang belajar dan membaca.” Teman-teman banyak menjawab, “Terpanggil; panggilan.” Ketika saya mengajar di STT GKE, Banjarmasin. Jawaban calon mahasiswa, mirip juga, “Panggilan; terpanggil untuk menjadi pendeta.” Jadi, jabatan pendeta dimengerti sebagai panggilan.

Panggilan Tuhan, sesungguhnya, untuk menjadi pendeta, merupakan sebuah proses yang amat pribadi. Keputusan untuk merespon panggilan itu, tidak hanya melalui proses pertimbangan yang logis, rasional, akan tetapi kuat nuansa spiritualitas, keyakinan iman dan perasaan, bahwa inilah dan di tempat inilah, serta bidang inilah, Tuhan memilih dan menetapkan diirinya untuk melayani-Nya. Tuhan yang memanggil, Tuhan yang memilih dan Tuhan yang menetapkan-Nya. Hati dan pikirannya mestilah yakin dan mantap untuk itu. Maka jabatan itu, sesungguhnya dari Tuhan, oleh Tuhan, bagi kemulian-Nya. Sebuah jabatan yang sakral, suci, mulia, luhur, terhormat. Ia, tidak layak untuk dilakoni tidak bertanggung jawab. Tidak layak dinodai dan dirusak melalui cara-cara hidup hati terpisah dari mulut, pikiran, perkatan dan perbuatan, yang tanpa integritas. Sikap, perilaku, kata-kata dan perbuatan, mestinya disesuaikan dengan status dan posisi sakral tersebut. Perlu selalu berupaya meningkatkan diri, memperbaiki diri, membaharui diri secara berkelanjutan. Sesuai semangat reformasi, “Ekklesia reformata, semper reformanda,” gereja yang diperbaharui, harus senantiasa membaharui dirinya.

3. Pendeta sebagai profesi

Ketika muncul pertanyaan, apakah pekerjaan pendeta itu sebuah profesi? Terjadi diskusi yang cukup menyita perhatian. Ada silang pendapat, pekerjaan pendeta bukanlah profesi. Pendeta adalah panggilan. Panggilan sebagai pendeta tidak dapat dianggap sebagai profesi. Menarik, dalam Kode Etik Pendeta GKE, dikatakan “Bertujuan untuk menjaga kekudusan, martabat dan kewibawaan profesi pendeta demi kemulian nama Allah.” Berarti jabatan pendeta adalah profesi. Eka Darmaputera, istimewa sekali, bahwa jabatan pendeta adalah jabatan panggilan, tetapi mesti dilaksanakan secara profesioanal. Artinya, jabatan pendeta bukanlah jabatan amatiran, dan dilakukan secara amatiran, hanya karena kesukaan dan hobby. Sebab itu, mestinya, pendeta professional, bukan pendeta amatir.

Seorang profesional adalah orang yang berusaha, bekerja, berjuang melakukan kegiatan-kegiatan dalam hidupnya untuk mencapai satu hasil yang baik, optimal dan berkualitas. Kegiatan, kerja, karya, dan pelayanannya, sesuai dengan bidang profesi yang digelutinya, yakni kerohanian, keimanan dan keagamaan. Untuk mencapai hasil yang baik dan berkualitas, seorang profesional memerlukan pengetahuan, kecakapan, kemampuan, keterampilan dan sikap hidup konstruktif. Agar terbentuk dan terjadi peningkatan pengetahuan, kecakapan, kemampuan, keterampilan dan sikap hidup tersebut, seorang profesional memerlukan pendidikan, pelatihan dan upaya-upaya pengembangan diri sesuai profesinya. Profesi ini merupakan sumber penghidupan bagi kepentingan, kelangsungan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.

4. Bekerja professional

Metro TV acara Mata Najwa, 4 Mei 2014. Saya dapat tujuh kunci sukses, seorang professional, B-7: yakni,

  1. Belajar. Kita mesti belajar bidang yang kita geluti. Sehingga kita memahami dengan lebih baik.
  2. Berani. Berani, lebih berani, mengatakan baik adalah baik, buruk adalah buruk.
  3. Berjalan naik. Jalan datar dan menurun itu mudah. Tetapi jalan naik, mendaki itu berat. Agar berhasil, perlu berjuang.
  4. Berikan yang terbaik. Memberi yang terbaik, jadi orang terbaik, agar berdayaguna.
  5. Berjuang dan bekerja keras. Tidak ada hasil yang baik, tanpa berjuang dan bekerja keras.
  6. Berdoa, doa ibu, dengar ibu. Perlu dengar Ibu, Doa Ibu, dan juga berdoa.
  7. Buka telinga pada nasihat orang tua. Mendengar nasihat orang tua, atau yang dituakan, ingat pesan mereka, melakukan pesan-pesan mereka.

Agar dapat bekerja profesioanal, ia perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan:

  1. Memahami dan menguasai bidang keakhlian dan bagian yang dikerjakannya.
  2. Memahami bahan dan konsep-konsep bidang kerjanya.
  3. Kreatif dalam mengembangkan dan melaksanakan tugas bagiannya.
  4. Terampil mengaplikasikan pengetahuannya.
  5. Berusaha untuk maju dan berkembang dalam bidang dan keilmuannya.
  6. Keterandalan dalam memberi layanannya.

Layanan profesioanalnya:

  1. Mengutamakan tugas profesinya.
  2. Mendahulukan kepentingan orang yang dilayani.
  3. Layanan berkualitas, karena profesional, maka dari sana akan mendapat penghargaan dari lingkungan layannannya.
  4. Totalitas. Seorang profesional, senantiasa mengembangkan kehidupan dan layanannya secara totalitas. Dia tidak memberi diri dalam karyanya hanya setengah hati, tetapi totalitas seluruh jiwa, raga, hati, rasa, karsa, cita, dengan segala potensi yang ada dan menyertainya. Mengabdi, berkarya, dengan totalitas dirinya. Totalitas diri inilah, maka karya akan memberi capaian optimal.

5. Karakter pendeta professional

  1. Kasih dan pengorbanan. Iman dan pengharapannya membuahkan, menghasilkan, mengakibatkan dan menyebabkan kasihnya melimpah ruah. Sehingga ia siap sedia, rela dan mau berkorban dalam karya dan kerjanya. Sebab, seseorang akan diingat dan dikenang karena pemberian dan pengorbanannya. Orang yang tidak pernah berkorban, berbagi dan memberi akan dilupakan orang. Dirinya tidak pernah memberi mafaat bagi orang lain.
  2. Peduli dan empathy. Peduli dirangkai dengan empathy berarti ketika hati, mata, telinga peka dengan keadaan sesamanya, dilanjutkan dengan pemahaman yang mendalam merasakan pergulatan dan pergumulan mereka. Pendeta profesional, akan sering berjumpa dengan berbagai ragam keadaan warga jemaatnya. Karakter profesional adalah karakter peduli dan empathy keadaan mereka yang dilayaninya.
  3. Pekerja keras : kerja dengan 6-Es. . Sebagai pekerja keras, ia mengembangkan kerjanya itu dengan prinsip enam S ( 6 S), yakni : kerja keras, kerja cerdas, kerja bagus, kerja lurus, kerja tulus/ ikhlas, kerja tuntas. Dengan mengembangkan 6 S ini, diharapkan seorsang profesional dapat mencapai hasil kerja yang optimal. Tanpa kerja keras sampai tuntas, maka tidak akan ada hasil yang menggembirakan.
  4. Disiplin : murid Kristus yg taat. Pendeta profesional berkarakter disiplin. Disiplin waktu dan kerja, karena pekerjaannya banyak dan waktunya padat kegiatan, perlu dikelola dengan cermat. Disiplin rohani, karena perlu segar, tabah, kuat, dekat dengan Tuhan. Disiplin belajar, karena sebagian kegiatannya membelajarkan jemaatnya. Sehingga wawasan keilmuannya terus diperbaharui. Disiplin hidup dan hidup disiplin. Dalam disiplin ada kualitas. Dalam kualitas ada disiplin.
  5. Jujur. Jujur adalah sikap, perilaku dan perbuatan yang didasari oleh hati yang lurus tidak bengkok, tidak berbohong dan tidak curang. Karakter jujur ini sangat penting dikembangkan oleh pendeta profesionalHati dan pikiran menyatu, dengan mulut dan perbuatan. Ada integritas dalam hidupnya. Sehingga kata-katanya didengar dan dipercaya. Hidupnya dihargai dan dihormati, karena jujur, benar, baik dan berkualitas. Karena profesional, ia jujur.
  6. Bertanggung jawab. Pendeta profesional, sadar peristiwa hidupnya sebagai hasil dari keputusan dan perilakunya, sehingga ia bertanggung jawab atas apapun resikonya, entah baik atau buruk, tetap dipikulnya, bahwa itu adalah bagian yang harus dijalaninya sebagai konsekuensi perilakunya.
  7. Dipercaya, trust. Seorang profesional, puncaknya hasil implemetnasi karakter 1-6, adalah seorang yang dipercaya kata-katanya, sikapnya, perilaku dan perbuatan hidupnya. Kepercayaan adalah modal utama dalam memimpin dan kerja sama dengan yang dipimpinnya serta dengan pihak-pihak lainnya. Dirinya,akan memancarkan aura wibawa pemimpin yang dihormati dan dihargai.

6. Makna kata
Dalam perenungan, secara kreatif menemukan arti kata Profesional:
P = Pekerja bekerja dengan jiwa dan berhati hamba yang melayani
R = Rasional dan logis dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
O = Otak, hati dan otot, disinergikan bagi kemajuan kerja dan layanan
F = Firman Tuhan, menjadi dasar kehidupan dan perilaku pekerja
E = Ethos kerja focus pada proses dan hasil yang berkualitas
S = Selalu bekerja berdasarkan program, rencana, goal, tujuan dan target yang jelas
I = Integritas, menyatukan hati, pikiran, perkataan dan perbuatan dalam satu harmonisasi
O = Olah pikir dan olah kerja, dimotivasi dengan do my best dan giving my best
N = Nama baik, kehormatan dan harga diri, dijaga sebaik-baiknya
A = Anda dan saya, akan dinilai dari kualitas hidup, kerja dan layanan yang dipersembahkan
L = Layanilah sesamamu secara profesioanal, bukan amatiran.

Bagikan tulisan ini:

5 thoughts on “PENDETA PROFESIONAL ? (Menyambut terpilihnya Pimpinan MS GKE yang baru, 9 Juli 2021)

Leave a Reply

Your email address will not be published.