HeadlineKanan-SliderSlider

NYANYIAN JEMAAT SEBAGAI SENI RITUAL

oleh MITHA AGUSTINA

“Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan. Menyanyilah bagi Tuhan, hai segenap bumi!” (Maz 96:1).

Ada ungkapan yang berkata, sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dan polanya selalu sama pastilah akan membosankan. Begitu juga halnya dengan keterlibatan seseorang di dalam ibadah. Karena sudah paham akan rangkaian-rangkaian yang ada di dalam ibadah, tidak menutup kemungkinan keterlibatan itu hanya menjadi sebuah kebiasaan atau kewajiban saja. Makna atau tujuannya menjadi bias, sehingga ibadah itu tidak lagi menjadi seni beritual dengan Tuhan dan Jemaat, tetapi hanya sebagai kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang saja.

 Sebagai salah satu unsur dalam liturgi ibadah, nyanyian jemaat merupakan apresiasi yang dianggap paling ekspresif dan komunikatif untuk menyatakan iman, isi hati dan juga perasaan. Lewat nyanyian, umat mengungkapkan kesiapan menghadap Tuhan, memohon Tuhan hadir, mengaku dosa, memohon pengampunan, mengucap syukur dan memohon berkat Tuhan.  Nyanyian menjadi pelayanan langsung yang dilakukan jemaat dalam ibadah, baik secara pribadi maupun sebagai persekutuan. Ia (nyanyian jemaat) menjadi dasar yang paling utama, dan dianggap sebagai sentral dari semua musik dan nyanyian lainnya yang ada dalam peribadahan gereja.

Bila melihat latar belakang tersebut, apa sebenarnya fungsi nyanyian jemaat dalam ibadah gereja yang sebenarnya? Apakah menyanyi hanya menjadi kebiasaan saja karena selalu dilakukan berulang-ulang ketika ibadah, ataukah menyanyi adalah bagian dari seni beritual untuk menyatakan hubungan dengan Tuhan dan juga sesama ciptaan lainnya.

1. Pengertian Nyanyian Jemaat

                Banyak orang yang menganggap bahwa nyanyian jemaat dalam ibadah tidak terlalu penting dibandingkan dengan nyanyian paduan suara atau musik lainnya yang ada di gereja. Dengan anggapan bahwa jemaat sudah mengenal, sudah mengetahui, bahkan sudah menguasai nyanyiannya, maka tidak perlu ada persiapan atau pun latihan. Tentu saja ini anggapan yang sangat keliru. Setiap umat hendaknya memahami bahwa nyanyian jemaat yang digunakan dalam rangkaian liturgi ibadah haruslah dipersiapkan, dilatih, dan dipersembahkan dengan sebaik-baiknya.

            Lalu, apa yang dimaksud dengan nyanyian jemaat? Terdiri dari dua kata yaitu nyanyian dan jemaat. Pengertian nyanyian itu sendiri adalah salah satu bentuk musik yang memiliki teks, sedangkan jemaat bisa diartikan dengan gereja. ketika kedua kata ini digabung menjadi nyanyian jemaat, maka pengertiannya adalah nyanyian persekutuan gereja atau nyanyian yang mempersatukan semua anggota, besar-kecil sebagai tubuh Kristus. Oleh sebab itu, kita perlu mengutamakan nyanyian jemaat di atas segala jenis musik gerejawi lainnya. Menurut kaidah musik, nyanyian jemaat digolongkan pada community singing, nyanyian bersama yang dapat dilakukan secara massal, sama seperti lagu-lagu nasional, atau lagu-lagu pantun, dan lagu-lagu patriot yang dinyanyikan oleh publik di stadion saat menonton sepak bola. Kategori nyanyian jemaat dapat dilihat dan diketahui melalui penempatan nyanyian-nyanyian pada rumpun ibadah.

2. Pengertian Seni Ritual

Berbicara tentang ritual, ada begitu banyak makna dan pengertiannya. Pengertiannya bisa saja menjadi bias, kalau arti kata ritual itu tidak dipahami dengan baik. Pengertian ritual dalam pemahaman kita selama ini, pasti berkaitan atau berhubungan dengan upacara-upacara adat-istiadat atau budaya yang dilaksanakan disuatu daerah atau wilayah. Karena berdasarkan pengertiannya sendiri menurut kamus Bahasa Indonesia, ritual adalah tindakan atau upacara untuk menghormati, pemujaan, menjurus kepada hal-hal yang menunggalkan manusia dengan Tuhan, atau menyatukan manusia dengan yang Ilahi. Jadi, makna dan fungsi dari ritual dapat bervariasi terhadap budaya, agama, atau tradisi pada suatu tempat.

Penulis melihat pengertian dan makna dari ritual berdasarkan Cambrige Digtionary, ada 2 (dua) pengertian yang didapatkan yang pertama: “a way of doing something in which the same actions are done in the same way everytime”.  Melakukan sesuatu atau tindakan yang sama yang dilakukan berulang-ulang. Contohnya: pada pagi hari sebelum berangkat bekerja saya selalu minum kopi dan membaca berita, artinya sesuatu yang sederhana yang dilakukan secara berulang-ulang. Pengertian ritual yang kedua: “a fixed set of actions and words, especially as part of a religious ceremony”. Sementara seni itu sendiri pengertiannya adalah karya, ekspresi diri, mengimitasi sesuatu yang berhubungan dengan estetika sehingga bisa dirasakan, yang kemudian mempengaruhi psikologi seseorang. Berdasarkan kedua pengertian itu, maka pengertian seni ritual sangat dekat dengan sesuatu yang berhubungan dengan upacara, entah itu mencakup upacara keagamaan, pernikahan, upacara nasional yang selalu terdiri dari a fixed set of actions and words. maka seni ritual yang dimaksud dalam tulisan ini adalah, seni ritual yang lebih berkaitan dengan upacara keagaamaannya dibandingkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Dalam hal ini adalah agama Kristen yang menyangkut dengan tata ibadah yang ada di dalam gereja.

3. Antara Seni Pertunjukkan atau Seni Ritual

Dalam pengamatan penulis ketika mengikuti ibadah yang dibawakan dengan bentuk ekspresif, suka tidak suka, dirasakan ataupun tidak, ibadah yang dibawakan dengan bentuk ekspresif, seringkali terjebak pada seni pertunjukkan. Misalnya musiknya harus bagus, ganti sound system, memakai mixer digital, atau menggunakan band jangan hanya piano atau organ saja, segala macam upaya dilakukan sehingga akhirnya ibadah itu jatuhnya menjadi seni pertunjukkan saja. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian awal tentang pengertian seni adalah karya, ekspresi diri, mengimitasi sesuatu yang berhubungan dengan estetika, sehingga bisa dirasakan yang kemudian mempengaruhi psikologi seseorang. Tetapi gereja terkadang suka berhenti dibagian estetikanya saja, padahal ketika melihat pengertian dari seni selain pada hal estetika saja, ada faktor lainnya yaitu seni bisa mempengaruhi perasaan atau psikologi seseorang. Hal inilah yang membuat gereja terkadang terjebak pada seni pertunjukkan.

Seni pertunjukkan adalah adalah seni yang memang mengutamakan estetika, dibandingkan dengan hal yang berbau akan pemaknaan atau tujuan karena itulah penampilan menjadi hal yang utama. Penjelasan dari pengertian ini adalah orang-orang (penonton) bisa ikut terlibat bisa saja tidak, pemaknaan setiap individu bisa berbeda, bisa bias juga tidak masalah karena bergantung kepada individu sedang merasakan apa perasaan apa pada saat itu, maka cara memahaminya juga berbeda-beda. Tetapi lain halnya ketika masuk ke dalam gereja, apakah bisa pesan yang ada di dalam satu keutuhan ibadah boleh bias? Seharusnya pesan itu sesuai dengan tema apalagi nyanyian itu berisi Firman Tuhan di dalam Alkitab. Seni pertunjukkan mengutamakan estetika karena itulah penampilan menjadi hal yang nomor satu, sedangkan ritual justru sebaliknya, tujuan atau makna adalah hal yang utama sedangkan estetika berada di belakang makna atau tujuan.

Perbedaan antara seni pertunjukkan dengan seni ritual adalah keterlibatan. Seni ritual dalam konteks ibadah di gereja, tidak ada yang namanya penonton. Jemaat harus terlibat aktif sebagai pelaku dari seni ritual itu sendiri. Ada pemandu nyanyian jemaat (PNJ), pengiring musik, liturgos, dan juga jemaat sebagai pelaku utama. Artinya, kalau dalam seni pertunjukkan tidak ada penonton bukanlah hal yang penting, karena penampilanlah yang lebih diutamakan, tetapi bila dalam suatu ibadah tidak ada jemaat, lalu untuk apakah tujuan dari ibadah itu sendiri?. Atau ketika kita datang beribadah tetapi tidak terlibat dan tidak menjadi pelaku, maka ibadah kita akan menjadi sia-sia. Inilah yang dimaksudkan dengan terjebak dalam ritual atau kebiasaan saja, hanya dilakukan tetapi tidak mendapat makna dari ritual yang ada di dalam ibadah.

Lalu bagaimana jika suatu gereja sudah terjebak dalam suatu seni pertunjukkan? Maka hal yang bisa dilakukan adalah: janganlah mengutamakan penampilan atau estetika seni dari dalam gereja. Misalnya ketika sedang bertugas di gereja, kita hanya sibuk mempersiapkan bagian dari tugas kita saja. Contohnya seorang pemandu nyanyian jemaat (PNJ) di dalam ibadah, terkadang dia tidak terlibat di dalam ritual yang ada di dalam ibadah, seperti Votum dan Salam misalnya, kurangnya konsentrasi apalagi hanya sekedar diikuti karena sudah tahu polanya dan dilakukan secara berulang di dalam ibadah. Padahal sebenarnya tugas PNJ tidak hanya memandu nyanyian, tetapi dia juga terlibat di dalam ibadah itu. hal inilah yang menyebabkan seni ritual yang dilakukan di dalam ibadah menjadi kehilangan makna.

4. Nyanyian Jemaat Sebagai Bagian dari Seni Ritual di Dalam Gereja

            Nyanyian Jemaat adalah bagian dari suatu liturgi, dan liturgi tidak akan lengkap tanpa termuat nyanyian di dalamnya, nyanyian Jemaat itu berhubungan dengan bunyi misalnya seperti musik sebagai pengiring nyanyian. Kemudian bagaimana seharusnya, nyanyian jemaat menjadi bermakna dan menjadi bagian dari seni ritual dan bukan menjadi seni pertunjukkan? Dan hal yang membedakan keduanya seni pertunjukkan selalu mengutamakan estetika sedangkan seni ritual selalu merujuk pada makna.

            Berkaitan dengan nyanyian jemaat yang berhubungan dengan bunyi, anggaplah di dalam nyanyian itu ada suara piano, organ, paduan suara atau apapun yang dipakai untuk ibadah di dalam gereja, hal ini sebenarnya adalah refresentasi dari suatu objek. Objeknya bisa berupa syair dari nyanyiannya di mana dalam nyanyian itu ada melodi, terutama ada syair yang mengandung pesan dan juga jenis atau bentuk dari nyanyian itu yang menjadi satu kesatuan. Ketika kita tahu isi nyanyian dan syairnya, tetapi kita tidak paham bentuk nyanyiannya, maka kita akan kesulitan merepresentasikan bunyi-bunyiannya. Hal lainnya, juga terkait dengan interpretasi terhadap maksud dan tujuan dari nyanyian yang dipakai di dalam ibadah, bisa dilihat dari tema khotbahnya. Nyanyian yang dipakai berbicara tentang apa sehingga mengantar pada khotbah, kemudian pesan khotbah itu disampaikan kembali lewat nyanyian.

            Hal yang terkadang menjadi permasalahan adalah pemilihan nyanyian di dalam ibadah sering tidak sinkron dengan tema khotbah yang disampaikan. Penyebabnya karena kekurangtahuan atau bisa juga berdasarkan pada kesukaan pribadi saja, karena itulah estetika itu selalu bersifat subjektif. Contohnya agar lebih memudahkan kita memahami pernyataan tadi, ada salah satu nyanyian dari Kidung Jemaat no 467 “Tuhanku Bila Hati Kawanku” karena melihat dari bentuk nyanyiannya 4 ketuk maka pembawaanya akan mejadi mengalun dan syahdu serta tidak cepat. Mungkin karena merasa tertantang akan melodinya, maka diiringi dengan style rock tanpa melihat syairnya bahwa sebenarnya maksud dan tujuan nyanyian itu tidak kearah yang disukai oleh pemain musiknya. Seharusnya ada interpretasi yang harus disampaikan di dalam nyanyian itu, interpretasi itu bisa berangkat dari pengalaman pencipta nyanyian itu, bisa juga dari pemusiknya atau petugas ibadahnya. Artinya yang bersangkutan mengalami pengalaman iman yang seperti apa dari syair-syair nyanyian yang akan dinyanyikan atau dibawakan dalam iringan, karena tidak mungkin ketika nyanyiannya memiliki pesan tentang penghiburan pada kematian misalnya, tetapi dinyayikan dengan gembira atau musik yang meriah, maka makna atau pesan dari nyanyian itu akan bias bahkan hilang.

            Belajar dari hal ini, seperti yang Pandov katakan ternyata seorang pemusik, pemandu nyanyian Jemaat (PNJ) di dalam Gereja tidak hanya bisa mengutamakan tentang estetika saja, tetapi perlu juga untuk belajar memahami syair atau Firman Tuhan yang ada di dalam nyanyian itu, sehingga hal ini akan sangat membantu seorang musisi Gereja ketika menjadi pengiring atau PNJ, sehingga seni ritual itu benar-benar tercipta di dalam peribadatan itu.

5. Efek Dari Nyanyian Jemaat Sebagai Seni Ritual

            Semua nyanyian di dalam ibadah termasuk syair maupun bunyi-bunyian berupa musik yang ada di dalam ibadah, diharapkan memiliki efek bagi semuanya termasuk jemaat dan juga petugas-petugas ibadah lainnya yang terlibat. Efeknya di dalam seni ritual ada tiga hal yaitu:

  • Energetic Effect (efek energik): Merujuk pada komponen-komponen musik yang digunakan untuk menciptakan perasaan yang berenergi. Efek energik berhubungan dengan penggunaan tempo, syair, dan juga ritme yang kuat. Efek energik dapat bervariasi, dan bergantung pada nyanyian itu diiringi memakai genre musik yang beragam.
  • Psychological effect (efek psikologi): Mengacu pada pengaruh emosional yang berhubungan dengan rasa, suasana dan salah satunya adalah kesadaran spiritualitas. Ketika berhubungan dengan suasana, bagaimana suasana itu dibangun sesuai dengan tema nyanyian yang dinyanyikan. Sedangkan kesadaran spiritual yang berhubungan dengan efek psikologis, misalnya ketika beribadah kita merasakan suatu perasaan bahwa kita diberkati Tuhan, tetapi kita harus tetap sadar bahwa kita juga sedang beribadah bersama dengan jemaat yang lainnya. Artinya kita juga sadar tentang rangkaian-rangkaian yang termuat di dalam ibadah, dan bukan hanya diikuti karena sudah menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan pada setiap hari Minggu. Tetapi bagaimana seluruh rangkaian ibadah itu, benar-benar membuat seseorang terlibat di dalamnya, sehingga menjadi seni ritual yang memiliki makna, maksud dan juga tujuan.
  • Logical effect (efek logis): Selain berhubungan dengan emosi, erat juga kaitannya dengan syair yang dapat memberikan rangsangan tersendiri pada pikiran manusia. Kita terbantu dengan nyanyian jemaat (himne) yang begitu logis. Artinya, hal itu bisa membantu dalam efeknya kepada yang bersangkutan dalam hal seni ritual. Selain rasa yang dapat dirasakan melalui nyanyiannya, ada juga logika yang bekerja di dalam membantu sesorang memahami nyanyian itu. karena ibadah tidak hanya berlangsung ketika di gereja saja, tetapi juga berkesinambungan dengan kehidupan sehari-hari, yang di mana hubungan itu tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan sesama ciptaan lainnya.

Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, nyanyian jemaat dalam ibadah bukan hanya kegiatan atau kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Melainkan nyanyian jemaat adalah seni ritual yang memiliki makna, efek dan juga tujuan dalam kehidupan jemaat yang terlibat di dalam ibadah itu. Ketika bernyanyi di gereja, hal yang dipikirkan atau diutamakan tidak hanya tentang estetika saja, melainkan kita perlu belajar, kita perlu memahami setiap syair dari nyanyian itu sehingga kita mengerti pesan dari nyanyian itu. Semua jenis bunyi-bunyian itu memiliki efek yang membantu kita untuk berenergi, merasakan dengan emosi, dan menerima dengan pikiran, sehingga seni ritual itu tidak hanya berlangsung saat beribadah di gereja saja, tetapi seni ritual itu berdampak dalam hubungan dengan sesama ciptaan lainnya.

Kepustakaan

Djohan, Psikologi Musik, Yogyakarta: PT KANISIUS, 2020

Djohan, Terapi Musik: Teori dan Aplikasi Yogyakarta: Galangpress, 2006

Djelantik, M.A.A Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia, Bandung, 2004

Inayat, Hazrat. Dimensi Mistik Musik Dan Bunyi, Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002

Pandopo, H.A. Menggubah Nyanyian Jemaat” Jakarta: BPK Gunung Mulia,1984

Internet

 https://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/lema/ritual

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/ritual

Pengertian Seni: Mendalami Makna https://serupa.id/pengertian-seni/

Seni pertunjukkan: pengertian, fungsi, unsur dan jenisnya https://www.amesbostonhotel.com/seni-pertunjukan/


Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.