KEMERDEKAAN ADALAH HAK SELURUH BANGSA: Membingkai Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia Melalui Perspektif Kristen
Oleh Sudianto
Di awal bulan Agustus ini, fenomena Merah Putih ada dimana-mana, di rumah di jalan, di kantor-kantor pemerintah, di kampus, dll. Merah Putih dihadirkan dalam berbagai ragam bentuk, Bendera, Baliho, dipasang di umbul-umbul. Di kampus “Ungu” STT GKE Banjarmasin, Merah Putih, berbentuk baliho yang dipasang di pagar kampus, Di pasang diumbul-umbul, Bendera Merah Putih dikibarkan di muka kantor STT GKE.
Fenomena “Sang Saka Merah Putih” ini, juga terlihat di seluruh wilayah Indonesia. Misalnya di Kabupaten Sorong Papua, Pemerintah dan Masyarakat membentangkan Sang Merah Putih dengan perahu ke Tengah lautan. Kedutaan-Kedutaan besar Republik Indonesia di seluruh dunia dirias dengan Sang Saka Merah Putih. Para penjahit dan pedagang Bendera, baliho, dll, sibuk menjahit dan berjualan sang merah Putih dalam berbagai bentuk. Secara ekonomis pengibaran Merah Putih ini berimbas bagi geliat ekonomi para UKM. Namun apakah fenomena Merah Putih ini hanya sedemikian adanya, sekedar hiasan dan geliat ekonomi, tentu ada makna yang menyejarah sehingga Merah Putih sedemikian “Fenomenal”.
Tentu saja Fenomena Merah Putih di Bulan Agustus Tahun 2023 ini, sarat dengan makna karena menyambut Kemerdekaan RI Ke 78. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Sang Saka Merah putih yang dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan di Pegangsaan Timur, Sebagai simbol Kemerdekaan. Merdeka dari penjajahan Bangsa lain, Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat. Merdeka, Merdeka, Merdeka.
Tulisan ini membingkai hari kemerdekaan dari perspektif Kristen. Untuk itu, maka penulis menelusuri jejak relasi antar manusia dalam jejak peradaban manusia dan apa yang Alkitab nyatakan tentang kemerdekaan bagi orang Kristen. Ada ungkapan yang pernah penulis baca bahwa sepanjang Sejarah peradaban manusia relasi antar umat manusia hanya ada dua, yaitu ditaklukkan atau menaklukkan. Jika demikian maka artinya sama saja dijajah atau terjajah. Buktinya sampai hari ini masih saja ada ungkapan, kita memang sudah Merdeka namun tetap saja masih terasa terjajah.
Penjajahan di zaman now, agak berbeda jauh dari penjajahan di masa lalu. Umumnya dimasa lalu penguasaan wilayah, sekarang wilayah tidak lagi dicaplok namun suatu bangsa dijajah dengan cara ketergantungan dengan bangsa lain, atau menjadi pangsa pasar dari produk-produk bangsa lain. Sami mawon atau sama saja kalau begitu, motifnya ya menjajah juga, hanya berganti baju saja, caranya semakin canggih dan makin tidak terdeteksi dan tidak terlihat. Lalu bagaimana dengan kemerdekaan yang telah diperjuangkan 78 tahun yang lalu. Apakah sia-sia? Atau benarkah ungkapan diparagraf sebelumnya? Relasi manusia dalam skala luas atau sempit tetap saja menaklukkan atau ditaklukkan? Menjajah atau dijajah.
Perspektif Kristen manusia telah jatuh di dalam dosa Kejadian pasal 3. Artinya potensi manusia yang telah berdosa ini tetap ada bahwa ia mau seperti “Allah”. Manusia artinya telah terjajah oleh hasratnya sendiri yang lupa kepada Sang pencipta (Kejadian 1:27). Untuk itu maka supaya manusia benar-benar MERDEKA. KRISTUS telah memerdekakan manusia (Galatia 5:1)
Kesadaran terhadap kemerdekaan yang telah dilakukan Kristus menjadi landasan pengingat bagi setiap insan Kristiani supaya dalam relasinya dengan sesama dapat diusahakan secara setara, tidak menaklukkan atau ditaklukkan, namun sebagai sesama insan yang telah Merdeka dan Setara. Sambal selalu mengingatkan dari Galatia 5:13-15: “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk Merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain dengan kasih.” @@@