Headline

IMANUEL:
Misteri yang Mendalam tentang Inkarnasi dan Signifikansinya dalam Kehidupan Kita Hari Ini

Oleh: Pdt. Dr. Keloso S. Ugak

Memahami Imanuel.
Dalam bahasa Ibrani kata Imanuel berarti “Allah beserta kita” atau “Allah menyertai kita”. Nama Imanuel muncul dalam Alkitab sebanyak tiga kali, dua kali dalam kitab Yesaya (Yes. 7: 14 ; 8: 8), dan sekali dalam Injil Matius (Mat. 1: 23). Nama Imanuel mendandakan bahwa Allah akan menyelamatkan umat-Nya dengan melalui kehadiran-Nya yang membimbing, melindungi, dan bersama mereka. Penegasan dalam kitab Yesaya tentang Imanuel merupakan nubuatan jauh ke masa depan, yaitu pada kelahiran Yesus Kristus sebagai Mesias.
Injil Matius mencatatan bahwa sebelum Yusuf dan Maria menikah, malaikat mengunjungi Yusuf dan memberitahunya bahwa Maria hamil melalui kuasa Roh Kudus. Berikutnya, ketika anak itu dilahirkan, mereka harus menamai-Nya Yesus, karena Yesus-lah yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Dalam kaitan dengan nama Imanuel, ditegaskan: “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ – yang berarti: Allah menyertai kita” (Mat. 1: 22-23).
Kelahiran Yesus adalah wujud penggenapan nubuat Yesaya. Dengan demikian, maka Yesus adalah wujud konkrit secara lahirian Imanuel, “Allah menyertai kita”. Yesus sepenuhnya manusia dan bersamaan sepenuhnya Allah. Yesus sebagai Imanuel adalah inkarnasi yang hidup, mujizat Allah yang menjadi manusia dan berdiam di antara kita supaya Ia dapat mengungkapkan Allah kepada kita. Yesus adalah Allah beserta kita, dalam wujud insani (1 Tim. 3:16). Yesus adalah Allah beserta kita secara harafiah. Yesus adalah Imanuel, Allah beserta kita dalam segala kepenuhan-Nya: “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keallahan” (Kol. 2:9).

Memahami Inkarnasi
Inkarnasi adalah kata yang menjelaskan peristiwa ketika Allah merendahkan diri sedemikian untuk menjadi Imanuel. Inkarnasi adalah peristiwa Allah menjadi manusia di dalam daging. Injil Yohanes menggambarkan peristiwa inkarnasi itu dengan sangat baik (TB2): “Pada mulanya sudah ada Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. … Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran. (Yoh. 1:1-2, 14).
Melalui peristiwa inkarnasi, Allah bekerja di antara manusia ciptaan-Nya dalam rupa manusia. Allah berinkarnasi menjadi daging dengan kemanusiaan yang sepenuhnya sebagai seorang manusia. Yesus memiliki kemanusiaan sepenuhnya menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang berinkarnasi dalam daging. Yesus yang pada hakikat-Nya sebagai Firman adalah Allah, melalui persitiwa inkarnasi menjadi manusia sepenuhnya sebagai manusia dengan hakikat kemanusiaan-Nya. Peristiwa inkarnasi menjadi peristiwa Allah hadir dalam kerendahan agar menjadi sama dengan manusia, kecuali dosa, dan dengan jalan demikian melaksanakan karya penyelamatan Allah terhadap manusia berdosa (Rom. 8:3).
Allah yang berinkarnasi menjadi manusia Yesus Kristus adalah Allah yang telah melaksanakan karya penyelamatan-Nya melalui jalan salib dan kematian, bangkit dari kematian, naik ke sorga, dan pada saatnya akan datang kembali sebagai Anak Manusia pada akhir zaman. Dengan demikian, peristiwa inkarnasi telah berlangsung di masa lalu, pasa masa kini hadir sebagai imanuel, hingga tiba saatnya ketika akhir zaman tiba, Allah hadir sebagai Anak Manusia yang menjadi Hakim atas segala sesuatu (Mrk. 13: 24-32, Why. 14:14).

Signifikansi bagi kehidupan masa kini.
Memperhatikan pemahaman tentang kata Imanuel dan Inkarnasi di atas, membawa sejumlah signifikansi bagi kita masa masa kini, khususnya ketika kita merayakan masa-masa Adven dan masa-masa Natal.
Pertama, agar karya penyelamatan Allah Yang Maha Tinggi dam Maha Mulia itu bisa terlaksana, maka Allah berinkarnasi menjadi Imanuel. Allah turun menjadi sama dengan manusia, dan berada di antara manusia. Dasar kemungkinan “perjumpaan” kita dengan Allah adalah pada Tindakan Allah berinkarnasi. Hal ini sekaligus meletakkan dasar pemahaman bahwa keselamatan kita adalah atas anugerah Allah.
Kedua, kita memahami dan memiliki Allah yang jauh sekaligus dekat, Allah yang transenden sekaligus Allah yang imanen. Menghayati dan menyembah Allah yang jauh di sorga sekaligus menghayati dan menyembah Alah yang dekat dan ada bersama kita di bumi. Itulah sebabnya, ketika kita manusia berdosa ini hendak menyembah Allah, maka kita perlu berusaha hidup kudus dan menyembah Allah dalam kekudusan.
Ketiga, melalui inkarnasi-Nya, Allah menjadi ada bersama semua orang. Hal ini hendak menegaskan bahwa peristiwa inkarnasi Allah ini perlu menjadi jiwa bagi kita (Gereja) dalam membangun relasi dengan semua orang, agar melalui kehadiran kita semua orang pun merasakan bahwa Allah itu adalah Allah Imanuel bagi mereka. Kita perlu juga merendahkan diri agar menjadi sesama dengan semua orang yang memerlukannya.
Keempat, pada saat kita bersama-sama merayakan Natal, yang di dalamnya berhubungan dengan Allah berinkarnasi dan menjadi Imanuel dalam Yesus Kristus, arah perhatikan perlu sekaligus ditujukan jauh ke depan, ke saat ketika Yesus Kristus datang sebagai Anak Manusia. Penghayatan kita ada tiga poin signifikansi terdahulu menjadi dasar dan jiwa dalam rangka kita menyongsong Dia yang akan datang, Anak Manusia datang pada saat Parousia.
Selamat menghayati masa-masa Advent dan merayakan Natal tahun 2023, dan menyambut Tahun Baru tahun 2024.

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.