HeadlineKanan-SliderSlider

BERUBAH (Menyambut 187 Tahun Injil di Tanah Dayak)

I. Dayak Maanyan pertama percaya Kristus
1. Rindu mengenal Kristus
Hadi Miter, menerjemah naskah laporan misionaris E.Danninger. Singkatnya, Muyan, adalah buah sulung (pertama) dari Siong, Dayak Maanyan. yang percaya Kristus, 16 tahun setelah Injil tiba di Banjarmasin, Borneo 1835. Muyan, merupakan salah satu orang yang berdiam dalam kegelapan, dan yang, diterangi oleh Injil, namun melalui tindakan anugerah serta keinginan yang kuat untuk menerima terang Injil. Jadi, bukan saya yang menyebabkan Muyan dibaptis. Juga bahwa dia pertama kali mendengar kesaksian tentang Yesus, tidak dari mulut saya. Muyan pertama kali mendengar tentang Tuhan dari seorang Haji (Pendeta Muslim). Tapi terhalang menjadi Muslim, oleh orang Siong.

Setelah saya tiba di Sihong (Siong), ketika saya baru saja selesai beribadah di rumah, saya memiliki masalah yang harus diselesaikan, Muyan datang ke rumah saya untuk pertama kalinya, Dia mahir menggunakan bahasa Melayu, saya selalu menjadi pendengar yang baik bagi Muyan. Beberapa hari kemudian, saat saya di bawah pohon sambil menulis, dia datang lagi, dan sekarang saya menerimanya dan saya gunakan untuk berkhotbah menyampaikan firman Tuhan. Dia mendengarkan dengan seksama pada setiap kata-kata saya, dan menjawab setiap pertanyaan yang dia ajukan kepada saya. Pada kesempatan ini, meyakinkan saya, bahwa ada keinginan yang kuat untuk pendidikan (katkesasi) ada bersamanya.

2. Belajar membaca dan beriman
Saya menekankan pada Muyan bahwa bahwa Allah Tuhan telah memberikan janji Juruselamat dunia, bahwa di dalam janji ini terkandung semua janji kasih karunia dan kehidupan kekal bagi kita, Semua orang yang percaya dalam nama Kristus Juruselamat, akan menerima pengampunan dosa. Justru firman Tuhan inilah yang ingin saya ketahui, kata Muyan, dan bertanya apakah dia masih bisa belajar membaca. Pertama dia harus belajar huruf, dan kemudian kombinasinya, sampai dia bisa membaca kata-kata dan akhirnya seluruh buku termasuk Alkitab. Kami kemudian mulai belajar ABC. Kadang-kadang aku melihat Muyan duduk sendiri di hutan, di balik tumpukan kayu yang ditebang, mengintip dia belajar; dan kadang ditemani oleh satu anak laki-laki yang bekerja padaku Johanes Java, dia memohon pada Johanes Java, untuk membantunya belajar membaca.

Pada malam harinya, ia datang ke Balei (rumah sementara saya) untuk minta dijelaskan kepada dirinya mengenai jalan keselamatan, yang biasanya berlangsung hingga larut malam. Saya hampir tidak dapat menggambarkan betapa menghiburnya bagi kami, dalam menghadapi banyak kesulitan di awal misi ini, untuk menemukan secara tak terduga seseorang yang kepadanya firman Allah telah menemukan pintu masuk.

3. Percaya dan dibaptis
Gowo seorang putra mantan kepala suku, pulang dari ladang, memberi tahu saya sambil tertawa, bahwa Muyan sudah gila….. “Apa yang dia perbuat?” ujarku bertanya. “Dia pergi menemui semua orang di ladang.” Kata Muyan, “Tidak ada keselamatan selain Tuhan Yesus. Dia terus mengoceh dan tersenyum bahagia sendiri; pasti dia sekarang sudah gila; begitu kata orang.” “Tidak, Gowo,” jawabku, “Kalau begitu, kurasa dia tidak gila. Kalianlah yang tidak dapat memahami kegembiraannya. Muyan telah menemukan Juruselamat, dan melaluinya telah datang kepadanya sukacita besar itu, yang telah Allah persiapkan juga bagi kalian semua. Tuhan akan mengasihani dan mengampuni segala dosa kalian. Muyan memiliki warisan di surga yang menunggu, nilainya lebih besar dari semua kekayaan dunia. Bukankah itu kebahagiaan baginya?”

Tekadnya untuk belajar membaca dan memahami firman Tuhan kini semakin teguh, sehingga ia dapat dimampukan untuk mengatakan kebenaran kepada teman-temannya dengan jelas dan meyakinkan. Pada 8 Desember tahun 1851 Muyan minta kepada saya untuk dibaptis. Saya belum mau untuk membaptisnya, tapi menekankan agar Muyan dan istrinya terus-menerus mempelajari dogma kekristenan terlebih dahulu. Orang-orang tidak senang kalau Muyan menjadi Kristen. Mereka, juga saudara-saudaranya, berusaha menghalangi dengan berbagai cara.

Saya mempersiapkan upacara baptisan untuk Muyan agar dilakukan 18 Januari 1852, Tetapi waktu semakin menipis. Kesehatan Muyan semakin memburuk. Baptisan harus lebih dipercepat, akhir Desember 1851, di Murutowo. Isteri dan tiga anak Muyan datang dari ladang ke Murutowo. Muyan secara sukarela memotong rambut panjangnya, dan berpakaian dengan rapi, di mana hal ini yang membedakannya secara mencolok dari orang-orang belum percaya Kristus, yang datang ke kebaktian kami. Istrinya, yang dibaptis bersamanya, mengikutinya, dan anak-anak, yang berpakaian serupa. Saya berbicara mengutip Yohanes 10:27–30 tentang “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku…” Kedua orang yang dibaptis menjawab dengan tegas, dengan berani mengakui iman mereka di depan telinga orang-orang yang hadir. Muyan dan (khususnya istrinya) dengan gembira mengakui iman mereka, di mana pada saat pembaptisan mereka menerima nama baptis yaitu Simeon dan Hawa.

II. Hidup dalam belenggu kegelapan

1. Pengaruh kekuatan roh leluhur
Orang Maanyan, ketika masih dalam agama lamanya, Injil belum diterima, banyak tata hidup sehari-hari dipengaruhi keyakinan terhadap roh-roh leluhur. Banyak larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar. Kalau dilanggar, akan ada akibat buruk menimpa dirinya. Sehingga hidup dikelilingi oleh ketakutan-ketakutan. Ketika ada anggota keluarga yang meninggal, maka harus dilakukan upacara-upacara yang menguras banyak uang dan memiskinkannya. “Yang kedua, jenazah diletakan di ladang atau di pinggiran kampung, butuh waktu lama menunggu “festival upacara kematian”. Mereka menunggu sampai jenazah benar-benar kering atau menunggu sampai punya uang. Kadang butuh waktu 1 sampai 2 tahun, sebelum jenazah dikremasi/ Ijambe,” (Dokter H.Britainstein).

2. Ketakutan pada roh-roh gelap
Dalam keluarga besar kami, sangat dikenal tentang “Jangut Mariang,” yakni Jin Janggut Merah, sahabat keluarga kami, yang akan datang kalau dipanggil atau tanpa dipanggil datang menolong anggota keluarga yang mengalami kesulitan. Cerita Nenek kami, ketika Kakek sekeluarga migrasi dari Telang (Barito Timur), ke desa Putut Kararat Sarimbuah, (Barito Selatan). “Jangut Mariang,” ini dibawa ikut migrasi. Di pinggir desa Putut Kararat ini, ada 1 pohon besar di pinggir sungai, diberi nama “Putut Sahabat,” (pohon sabahat), tempat kakek setiap bulan purnama memberikan sesajen (kue-kue Maanyan) kepada “Jangut Mariang.” Bila lalai, ia bisa marah sehingga ada anggota keluarga yang sakit. Untuk itu,perlu dibuatkan kue-kue diberikan kepadanya, agar tidak marah lagi.

Setelah Ayah kami dan saudara-saudaranya, mengikut Tuhan Yesus, tidak ada yang meneruskan memberi sesajen kepada “Jangut Mariang.” Belakangan kami kaget, adik bungsu kami didatanginya, menolong anak dan isterinya yang sakit, dan sembuh. Hal-hal seperti ini, ya boleh percaya, boleh tidak. Tapi, kekuatan roh-roh itu, sungguh telah mempengaruhi hidup orang Dayak Maanyan dalam sejarah perjalanannya.

3. Hidup dalam aturan buatan manusia
Keparcayaan, ketakutan dan hormat pada roh-roh leluhur dan roh-roh gelap memotivasi dan inspirasi tokoh adat dan pemimpin orang Maanyan masa lalu membuat tata kehidupan bagi orang yang hidup maupun yang mati. Bagi yang hidup, agar ada harmoni dengan sesamanya dan harmoni dengan roh-roh gelap. Roh-roh itu perlu diberi sesauatu, agar tidak mengganggu, atau juga untuk diminta tolong. Upacara kematian, diperlukan untuk ikut menghantar roh-roh leluhur sampai ke Lewu Tatau (rumah damai sejahtera), dunia para arwah.

4. Ujungnya bukan keselamatan
Keselamatan yang dirancang, diatur dan diupayakan manusia, tidaklah kekal dan sempurna. Seirama, keterbatasan dan kefanaan manusia. Seiring pula, kefanaan alam semesta. Ia, tidak pernah diam, selalu bergerak dan berubah, oleh berbagai gerakan dan gejolak. Sementara sorga, tempat kekal dan sempurna, mustahil terjangkau oleh manusia yang serba fana. Sebab itu, segala jerih lelah dan upaya manusia, tidak mampu menghantarnya sampai ke sorga kekal. Keselamatan menjadi serba tidak pasti. Bergantung pada usaha manusia yang fana dan terbatas itu. Maka, mustahil

III. Hidup berubah karena Kristus

1. Perjumpaan yang membaharui
Kalau kita membaca Injil, kita terpesona? Karena setiap orang yang berjumpa Kristus, mengalami kuasa-Nya, percaya dan menerima-Nya, terjadi transformasi hidup. Misalnya, Paulus, berubah total hidupnya, dari lawan jadi kawan. Segala yang dulu sebagai keuntungan, dianggap rugi dan sampah, karena Kristus. Dulu pembela agama Yahudi, mengejar dan menganiaya pengikut Kristus. Kini merasa sangat hina, tapi dipulihkan, dan diutus jadi Duta Kristus. Hidup jadi saksi dan teladan, “Ikutilah aku, sebagaimana aku ikut Kristus.” Seperti Muyan, di atas, setelah percaya dan terima Kristus, dengan semangat menggebu-gebu, bersaksi tentang Krsitus kepada teman-temannya, “Keselamatan hanya ada dalam Tuhan Yesus.” Ini keyakinan Muyan yang baru. Hanya Kristus.

2. Sukacita bertemu Tuhan
Bertemu orang yang penting dan orang berjasa bagi diri dan hidupnya, tentu membawa hati berbunga-bunga. Murid-murid sempat kehilangan asanya, ketika Yesus mati dan dikuburkan. Seluruh pesan-Nya tentang kematian dan kebangkitan, tenggelam dalam memori mereka. Keadaan berbalik, ketika ada kabar Yesus bangkit. Satu persatu, ada yang bersamaan, mereka berjumpa dengan Dia Yang bangkit dan menang. “Bersukacitalah mereka, ketika mereka melihat Tuhan.” Tomas, muncul pengakuan imannya, ”Ya Tuhanku,ya Allahku.” Petrus, “Ya Tuhan, Engkau tahu hatiku, aku mengasihi Engkau Tuhan.”
Juga, Muyan di atas, bukan gila, seperti diduga Gowo. Kata E.Danninger, “Kalau begitu, kurasa dia tidak gila. Kalianlah yang tidak dapat memahami kegembiraannya. Muyan telah menemukan Juruselamat, dan melaluinya telah datang kepadanya sukacita besar itu, …. Muyan memiliki warisan di surga yang menunggu, nilainya lebih besar dari semua kekayaan dunia. Bukankah itu kebahagiaan baginya?” Sukacita sorgawi, ada pengharapan dan kepastian keselamatan anugerah Kristus. Tak ternilai, lebih dari emas dan perak.

3. Menanggalkan cara hidup lama
Mengikut Kristus, tidak menempatkan Kristus dan ilah lain, dalam satu ruang hati. Hanya, “Aku hidup, namun bukan lagi aku dan roh lain, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Kalau hanya Kristus di dalam hatiku, maka perilaku lama, perlu ditanggalkan. Tatanan dan aturan hidup yang memiskinkan dan menyengsarakan, disingkirkan. Mata dan hati, hanya tertuju pada Yesus. Perilaku dan kebiasaan lama, yang buruk, yang menguras harta milik, lempar jauh-jauh. Minum-minum dan mabok: judi dan kartu, tanggalkan. Pesan dan ajaran Kristus akan menjadi warna baru dalam perjaalanan hidupnya. Kesukaan dan kecintaannya, Firman Allah. Endang, seorang murtadin, mengaku, “Setelah terima Kristus, perilaku lama yang pemarah, dendam, keras, cepat membalas, berubah lebih lemah lembut, mudah mengampuni, memaafkan, sabar dan kuat menghadapi masalah-masalah.” Yang terima Injil Kristus, tidak lagi berjalan dalam kuasa kegelapan, yang menyesatkannya. Terang Injil Kristus telah menerangi hati, pikiran, hidup, jalan-jalan hidup yang dilaluinya.

4. Kepastian pengampunan dosa dan keselamatan
Perbuatan salah dan melangar tata hidup sehari, akan diselesaikan melalui tata cara adat yang berlaku. Menyediakan barang-barang atau ternak yang dipersyaratkan. Dapat juga, membayar denda atau ganti rugi sesuai aturan adatnya. Tentang keselamatan setelah kematian, banyak ditentukan dan dibantu oleh keluarga dengan melaksanakan upacara-upacara kematian. Hal itu, sebagai upaya menghantarnya ketempat Lewu Tatau (rumah damai sejahtera), dunia para arwah.

Setelah percaya dan menerima Injil Kristus, Orang Maanyan menemukan, yang sesuangguhnya, yang mereka cari-cari, kepastian pengampunan dosa dan keselamatan. Muyan, menjelang akhir hayatnya, kepada Isterinya, “Jangan menangisi aku, aku telah dijanjikan bagian yang lebih baik, jika kamu percaya, bahwa aku telah diampuni dari dosa-dosaku, dan aku akan ke Surga.” Kemudian dia berdoa: “Ya Tuhan Yesus! tolonglah aku, jangan jauh-jauh dariku, dan terimalah aku dalam kasih karunia.” Dalam Kristus, ada kepastian keselamatan dan pengampunan dosa. “Jikalau kita diperdamaikan dengan Allah, oleh kematian Anak-Nya… pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya.” “Jika kita mengaku dosa kita… Ia akan mengampuni segala dosa kita.. .. dan menyucikan kita dari segala kejahatan kita.”

5. Hidup memberi manfaat bagi sesama
Injil, kabar baik anugerah Allah melalui Tuhan Yesus. yang dipercaya oleh Muyan sekeluarga, perlahan-lahan dipercaya juga oleh orang-orang Maanyan lainnya. Perjumpaan dengan Injil Kristus, telah membaharui kehidupan mereka. Belenggu kegelapan dan cara hidup lama yang merusak, menyengsarakan dan memiskinkan, perlahan-lahan ditanggalkan. Cara hidup baru, sesuai Injil Kristus, mulai diterapkan dalam hidup mereka. Kemiskinan, keterbelakangan, cara hidup tidak sehat, tidak terdididk, perlahan-lahan bergerak ke arah lebih baik, lebih maju, lebih sehat, lebih sejahtera dan lebih terdidik. Tumbuh kesadaran hidup berkualitas dan memberi manfaat bagi sesamanya. Semuanya, dipicu oleh Injil Kristus. “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Tuhan. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik. Selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang.” Wahai…wahai…orang Maanyan masa kini, kita telah mewarisi Injil Kristus, dari Kakek-Nenek, Datu-Buyut kita, mari kita wariskan terus Injil-Nya.

IV. Makna kata
B = Berjalan dalam rimba belantara kegelapan hidup
E = Endapan-endapan karat noda-noda kesalahan dan dosa, menumpuk tinggi
R = Rumah dan keluarga rusak kacau balau. Bahagia dan kemuliaan, sirna.
U = Ubah diri dan hidup dengan kekuatan kemampuan sendiri, mustahil
B = Berjumpa dengan Kristus Tuhan, Raja kehidupan, mengubah hidupku
A = Arah tujuan hidup baru, bahagia, luhur mulia dan selamat, telah kutemukan dalam Kristus
H = Hidupku menjadi baru, berkualitas, lebih baik dan benar, sehingga memberi manfaat bagi sesama dan kemuliaan Tuhan.

SELAMAT MERAYAKAN 187 TAHUN INJIL DI TANAH DAYAK 2022

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.