Berita NasionalHeadlineKanan-Slider

Kemerdekaan dan Tanggung Jawab Sosial: Panggilan Gereja untuk Masyarakat

Oleh: Pdt. Ripaldi, M.Th

Memahami panggilan gereja untuk masyarakat tentunya bukanlah hal yang mudah. Terlebih mengingat bahwa masyarakat terbentuk dalam sebuah susunan sosial dan budaya yang majemuk. Dalam keberagaman tersebut tanggung jawab gereja pun menjadi beragam. Ragam rasa, ragam upaya yang dilakukan oleh gereja.

Tahun ini, Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaannya yang ke-79. Peringatan HUT tersebut dirayakan di dua tempat yang berbeda. Pertama, di Istana Negara Jakarta dan kedua, di Istana Negara, Ibu Kota Nusantara (IKN). Oleh sebab itu, hal ini menjadi peristiwa yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pertanyaannya adalah apakah sekarang bangsa Indonesia sudah benar-benar merdeka?

Mengutip T.B. Simatupang, masyarakat yang adil, makmur dan lestari dapat dicapai dengan berlandaskan Pancasila.[1] Dengan demikian dapat dipahami bahwa implementasi nilai Pancasila bagi warga negara menjadi penting. Selain implementasi nilai tersebut, Pancasila hendaknya mencapai tujuannya yakni masyarakat yang adi, makmur dan lestari. Dengan demikian, maka jika nilai-nilai tersebut belum terimplementasi dengan merata, maka Indonesia masih belum merdeka sepenuhnya? Di mana peran agama dalam tugas tersebut?

Tugas agama adalah menyediakan landasan moral, etik dan spiritual yang kokoh bagi pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.[2] Dalam rangka pembangunan nasional, dialog dengan agama-agama lain menjadi sangat penting. Hal tersebut dilakukan dengan kesadaran bahwa pembangunan nasional merupakan tugas bersama.[3] Prof. Dr. H.M Din Syamsuddin menyatakan bahwa “Peran agama belum sepenuhnya berfungsi untuk mengubah kondisi Indonesia”.[4]  Dengan demikian dapat dimengerti, bahwa dalam rangka mengubah kondisi Indonesia, fungsi agama perlu dijalankan dengan sebaik-baiknya. Taslim HM. Yasin menyatakan bahwa semangat dialog adalah semangat kebersamaan, semangat untuk berbagi.[5]

Oleh sebab itu, dalam memahami makna kemerdekaan dan tanggung jawab sosial gereja, maka gereja perlu menjadikan dialog menjadi salah satu sarana utama dalam menunaikan tugas panggilan sosial gereja bagi masyarakat. Sebab sekali lagi, tugas panggilan gereja untuk masyarakat bukan hanya tanggung jawab gereja sendiri, melainkan tanggung jawab semua agama. Gereja dan agama-agama lain perlu bersatu dalam membicarakan kondisi dan permasalahan sosial Indonesia terkini. Bersuara jika ada ketidakadilan, dan tidak diam melihat negara menopang tugasnya memakmurnya masyarakat. Itulah tugas panggilan sosial gereja. Dalam Yeremia 29:7, disebutkan bahwa “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”[6] Pesan Nabi Yeremia ini menjadi penting, walaupun kita bukan orang buangan, tetapi berdoa untuk kesejahteraan kota di mana kita tinggal menjadi penting. Bahkan negara Indonesia tercinta ini. Dialog menjadi utama, dan tentunya dengan diiringi doa.


[1] T. B. Simatupang, “Bersama-sama Meletakkan Landasan Moral, Etik, Dan Spiritual Bagi Pembangunan Nasional Menuju Tinggal Landas”, dalam Konteks Berteologi Di Indonesia: Buku Penghormatan Untuk HUT Ke-70 Prof Dr. P.D. Latuihamallo (Jakarta: Gunung Mulia, 20044), 24.     https://books.google.co.id/books?id=dZWRYFR_2U0C&printsec=frontcover&dq=tanggung+jawab+sosial+gereja&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjgl_bUr-SHAxUiSWwGHZGEB7AQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=tanggung%20jawab%20sosial%20gereja&f=false

[2] Simatupang, 26.

[3] Simatupang, 40.

[4] Https://www.kemenag.go.id/nasional/dialog-antar-umat-beragama-harus-beri-solusi-yfq84d.

[5] Https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4814/3102.

[6] Https://alkitab.sabda.org/verse.php?book=yer&chapter=29&verse=7.

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.