Berita InternasionalBerita NasionalHeadlineKanan-SliderSlider

Doa dan Pembentukan Karakter Rohani Anak

Oleh: Retni Mulyani

Anak merupakan generasi penerus dalam sebuah keluarga sehingga diperlukan fondasi yang kuat untuk menolong mereka menghadapi dunia ini yang penuh tantangan. Saat mereka kecil masih sangat bergantung kepada bantuan orang dewasa. Bahkan khawatir jika ditinggalkan orang dewasa. Kekhawatiran mereka diekspresikan dengan teriakan penuh harapan jangan ditinggal dan tangisan tersedu-sedu. Ekspresi yang mereka ungkapan bukanlah sesuatu yang keliru karena itu merupakan cara mereka meluapkan emosinya secara jujur. Namun, setiap orang tua maupun orang dewasa juga harus menolong mereka untuk menghadapi situasi yang real bahwa ada saatnya harus terpisah sementara karena orang tua harus bekerja dan mereka pun pergi sekolah. Bagi orang tua ketika menghadapi anak yang demikian pastilah tidaklah mudah karena harus berhadapan dengan emosi anak yang tak terduga. Justru pada saat seperti inilah orang tua melatih anak sejak dini dalam pembentukan karakter anak baik secara mental maupun secara rohani.

Pembentukan karakter memang sebaiknya dilakukan sejak dini, dan dapat dilakukan melalui hal-hal sederhana bersama anak. Contohnya, anak berbagi makanan dengan kakak dan teman, itu melatih anak berjiwa sosial dan peduli dengan orang lain. Anak setelah bermain merapikan kembali mainannya melatih kedisiplinan dan kebersihan. Anak sebelum makan dan tidur berdoa melatih mereka bersyukur.  Contoh-contoh ini memang terlihat sederhana tetapi ketika diterapkan dengan pembiasaan itu akan menolong anak mengerti tanggung jawab dari sejak dini. Karenanya, pembentukan karakter anak tidak terbentuk secara spontan, tetapi ada proses yang dialami dan dilewati yang dilalui secara bersama-sama dengan keluarga yang membesarkan mereka.

Pembentukan karakter anak adalah membentuk dan mengembangkan sikap batin anak  supaya dapat bersikap dan berperilaku bijak, serta dapat bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan ini terjadi sejak anak berinteraksi dengan tiga elemen, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Interaksi terhadap tiga elemen ini terjadi melalui proses dalam aktivitas pendengaran, pengamatan, peniruan, dan pengidentifikasi. Tentu, orang dewasa tanpa menyadari jika pembentukan karakter terjadi melalui perjumpaan anak dari yang dilihat, didengar, dan diamati yang kemudian terjadi peniruan bahkan identifikasi sikap-sikap yang dipilah oleh anak sendiri. Itu artinya orang dewasa menjadi “guru” yang hidup untuk ditiru oleh anak dalam pembentukan karakter yang mau tak mau harus bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka.

Pembentukan karakter anak tidak terpisahkan dari pertumbuhan rohani anak. Karenanya ketika orang dewasa menganjurkan anak untuk berdoa dan pergi ke gereja maka anak bisa saja bertanya balik “tadi saya lihat papah dan mamah tidak berdoa, kenapa ade disuruh berdoa?” Serangan balik disampaikan dari hasil pengamatan mereka, karena anak menemukan ketidakcocokan antara yang dikatakan dan dilakukan. Itu artinya peran orang dewasa menjadi “guru” yang hidup untuk digugu dan ditiru oleh anak. Jika demikian bahwa orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak pun harus mengalami perjumpaan yang bermakna secara pribadi dengan Tuhan sehingga anak-anak pun dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam konsep yang mereka mengerti. Anak akan mengalami kasih Tuhan ketika mereka mendapatkan dan merasakan kasih sayang dari lingkungan keluarganya. Anak mengalami rasa syukur ketika lingkungan sekitarnya mendukung dengan sikap dan perilaku yang memedulikan.

Bulan Maret merupakan Hari Doa Sedunia Anak. Hari Doa Sedunia dilakukan pada bulan Maret dilakukan untuk memperkenalkan doa dan kepedulian anak-anak di seluruh dunia. Anak bersama orang dewasa diajak memedulikan situasi terkini, anak-anak dan sahabat yang terdampak perang Israel-Palestina. Banyak anak-anak yang tidak berdosa kehilangan orang tua sehingga mereka pun diadopsi oleh orang-orang yang terpanggil untuk mengasuh mereka. itu artinya mereka akan diasuh dalam lingkungan keluarga baru. Keluarga yang baru pasti memiliki tradisi yang berbeda dari keluarga kandung yang sebelumnya. Itu artinya ada nilai-nilai baru pula yang diserap oleh anak-anak yang diadopsi. Selamat Merayakan Hari Doa Sedunia Anak.

Referensi

Ditha Prasanti, Dinda Rakhma Fitriani. “Pembentukan Karakter Anak Usia Dini: Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas?(Studi Kualitatif tentang Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Melalui Keluarga, Sekolah,dan Komunitas)” dalam Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2 No 1 (2018), 13 – 19. Diakses Febuari 2023 https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/2/2

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fpgi.or.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2024%2F02%2FLiturgi-HDS-Anak-BPA-2024.pdf&psig=AOvVaw2btQmJvhp_-qYGMMNiMUz9&ust=1709694847799000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CAYQn5wMahcKEwiIoKrik9yEAxUAAAAAHQAAAAAQBA

B.S. Sijabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan Iman dan Moral Kepada Anak Sejak Dini. (Yogyakarta: ANDI, 2008).

Bagikan tulisan ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published.