Marhaban ya Ramadhan
Oleh: Enta Malasinta L
“Allahu Akbar…..”
Suara adzan Maghrib dari Masjid disambut dengan ungkapan penuh makna “Alhamdulillah” dengan kedua telapak tangan mengusap wajah, pertanda syukur kepada Allah bahwa kewajiban berpuasa dalam sehari mampu dilewati dengan tunai. Berpuasa bukanlah hal mudah, sejak sebelum terbit fajar telah sibuk bersiap diri agar tidak terlambat untuk sahur sebagai sunah awal mulainya berpuasa, agar tidak menjadi alasan membatalkannya saat waktu berbuka belum tiba, kebiasaan makan dan minum harus diubah, emosi harus tetap terjaga, banyak keinginan harus dicegah. Inilah sebagian gambaran ibadah Puasa umat Islam saat bulan Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan ke Sembilan dalam Kalender Hijriah, bulan ini diyakini umat Islam sebagai bulan suci dan mulia yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Salah satu keistimewaannya adalah karena pada bulan inilah diyakini Wahyu pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Hal ini disebutkan dalam QS. Al-Baqarah:185: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Setiap kali bulan ini tiba, umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan penuh suka cita dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan.” “Marhaban” berasal dari kata dalam bahasa Arab yang berarti luas atau lapang. Dalam penggunaannya, “Marhaban” diartikan sebagai bentuk sambutan dengan penuh keterbukaan, kelapangan hati, dan kegembiraan. Ungkapan “Marhaban ya Ramadhan” ini mengandung makna sebuah penghormatan bahwa bulan Ramadhan harus disambut dengan kesukacitaan dengan sepenuh hati dan rasa syukur yang dalam, seiring dengan itu menyiapkan diri dengan hati yang bersih untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan kepada Allah, salah satunya dengan cara berpuasa sebulan penuh. Karena, puasa Ramadhan juga menjadi bentuk syukur atas diturunkannya Wahyu Allah.
Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan diri dari hawa nafsu. Puasa juga melatih diri untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, bersyukur, dan bertakwa. Secara sosial Puasa juga mengajarkan kemampuan berempati kepada sesama yang sering berada dalam posisi berkekurangan. Dengan merasakan lapar dan haus, seorang mampu lebih memahami penderitaan orang lain, sehingga terdorong untuk lebih banyak bersedekah dan membantu sesama.
“Marhaban ya Ramadhan” juga menjadi pendorong semangat bagi setiap umat Islam untuk menjadikan bulan ini sebagai momentum perubahan diri ke arah yang lebih baik. Dengan keistimewaan bulan ini dapat digunakan sebagai waktu yang tepat untuk meningkatkan spiritual, amal ibadah, memohon ampunan atas segala kesalahan, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Marhaban ya Ramadhan” menjadi awal perjalanan spiritual menjadi pribadi yang lebih baik untuk sebulan ke depan sampai pada Hari Lebaran.
Selamat menunaikan ibadah puasa, para sahabat. Salam toleransi. “Marhaban ya Ramadhan”